Jumat 10 Mar 2023 19:09 WIB

Pakai Celana Terlalu Ketat Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma

Kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata, harus meggunakan mikroskop.

Pria mengenakan celana ketat (ilustrasi). Pemakaian celana ketat dapat memengaruhi kualitas sperma pada pria.
Foto: www.freepik.com.
Pria mengenakan celana ketat (ilustrasi). Pemakaian celana ketat dapat memengaruhi kualitas sperma pada pria.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemakaian celana yang ketat dan berbahan keras dapat memengaruhi kualitas sperma pada pria. Penggunaan celana yang ketat dapat menekan organ reproduksi pria sehingga memengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan.

"Karena dia letaknya di luar, ada pengaruh dari penggunaan pakaian yang ketat, pakaian dalam atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans," ujar dokter spesialis andrologi dan seksologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana dr Silvia W Lestari dalam diskusi tentang faktor sperma pada infertilitas pria yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (10/3/2023).

Baca Juga

Silvia mengatakan, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan karena dapat memengaruhi kualitas sperma. Di samping itu juga ada beberapa olahraga yang tidak disarankan untuk dilakukan karena memengaruhi kesehatan organ reproduksi pria.

"Biasanya selain sepeda juga tidak dianjurkan melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut, seperti sit up atau angkat beban, jadi yang aman berupa jalan, lari, atau berenang," ujar Silvia.

Untuk menjaga kualitas sperma tetap baik, pria sebaiknya mengonsumsi makanan yang bergizi dan juga mengandung protein tinggi serta mengandung antioksidan. Makanan tersebut bisa berupa ikan, ayam, telur, sayur, serta buah-buahan.

Namun, pengolahan dari makanan tersebut juga perlu diperhatikan karena kualitas sperma juga berpengaruh pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti tidak digoreng atau tidak dibakar. "Dianjurkan pengolahannya direbus, dipepes (kukus), dibuat sup atau ditumis, itu akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan bisa menghamili," kata dia.

Silvia mengatakan, kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata, jadi harus diperiksa menggunakan mikroskop. Karena tanpa sadar gangguan hormon utamanya pada pria tidak bisa dideteksi tanpa analisa sperma.

Bagi pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya memperbaiki pola hidup sehat dan melalukan pemeriksaan sedini mungkin agar bisa diobati jika ada gangguan hormon reproduksinya. Perbaikan sperma akan terjadi dalam waktu tiga hingga enam bulan.

"Bersamaan dengan istri dan dokter obgyn apakah ada endometriosis atau PCOS, jadi yang dilakukan peningkatan kualitas sperma, peningkatan kualitas sel telur, dan penyakit penyerta yang bisa memengaruhi kualitas telur atau embrio nantinya," kata Silvia.

Pria juga bisa melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya sedini mungkin bahkan sebelum menikah. Perhatikan jika testis kecil atau hanya satu dan tanda-tanda rambut yang tumbuh sedikit karena kadar testosteron yang minim.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement