REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah sperma pada air mani pria di dunia mengalami penurunan hingga 50 persen dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Penurunan jumlah sperma ini semakin cepat setelah memasuki era 2000-an, menurut studi dalam jurnal Reproductive Biology and Endocrinology.
Jumlah sperma yang rendah, yaitu di bawah 15 juta sperma per mililiter air mani, merupakan salah satu karakteristik dari masalah infertilitas atau ketidaksuburan pada pria. Menurut sejumlah studi, penurunan jumlah sperma pada pria di dunia saat ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah polusi.
Studi terbaru dalam Scientific Reports mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan mikrobioma pada air mani turut memengaruhi ketidaksuburan pria. Akan tetapi, ketidakseimbangan mikroba ini bukan berdampak pada jumlah sperma dalam air mani, melainkan motilitas atau kegesitan gerak sperma.
Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat bakteri Lactobacillus iners (L. iners) yang tinggi pada air mani berkaitan dengan motilitas sperma yang rendah. Sperma dengan motilitas yang rendah cenderung tidak bisa bergerak dengan gesit untuk membuahi sel telur.
Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa air mani yang abnormal cenderung memiliki kadar bakteri Pseudomonas stutzeri dan Pseudomonas fluorescens yang lebih tinggi. Di sisi lain, air mani yang abnormal memiliki kadar bakteri Pseudomonas putida yang lebih rendah dibandingkan air mani normal.
Mengapa bakteri memengaruhi kesuburan manusia?