Rabu 08 Mar 2023 04:00 WIB

Bukan Cuma Kafein, Makanan dan Minuman Ini Juga Bisa Picu Insomnia

Kafein bukan satu-satunya minuman penyebab insomnia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Kopi (ilustrasi). Kafein merangsang sistem saraf pusat dengan cara meningkatkan kewaspadaan dan energi sehingga menyebabkan insomnia.
Foto: Pixabay
Kopi (ilustrasi). Kafein merangsang sistem saraf pusat dengan cara meningkatkan kewaspadaan dan energi sehingga menyebabkan insomnia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penderita insomnia di Indonesia diperkirakan mencapai 28 juta jiwa atau 10 persen dari jumlah populasi. Meskipun hal ini bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, makanan atau minuman yang dikonsumsi juga bisa menjadi pemicunya.

Pakar tidur dari Como Un Tronco di Spanyol, Maya Garcia, mengatakan bahwa makanan favorit yang mengandung lemak, gula, kafein, dan alkohol telah terbukti menyebabkan gangguan tidur. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan dari Garcia, seperti dilansir dari Express, Selasa (7/3/2023).

1. Kafein dan kopi

Garcia menjelaskan, kafein merangsang sistem saraf pusat dengan cara meningkatkan kewaspadaan dan energi sehingga menyebabkan insomnia. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Risk Assessment and Healthcare Policy pada 2018 mengungkapkan bahwa kafein dapat mengganggu tidur.

Jika konsumsi kafein tidak diatur dengan bijak pada siang hari, tidur pasti akan terganggu. Orang akan defisit kinerja pada siang hari berikutnya.

"Konsumsi kafein di siang hari menyebabkan penurunan 6-sulfatoxymelatonin (metabolit utama melatonin) pada malam hari sehingga tidur terganggu," kata penelitian tersebut.

2. Makanan berlemak

Garcia mengatakan,makanan berlemak, pada dasarnya, sulit untuk dicerna sehingga bisa memicu ketidaknyamanan pada perut dan membuat lebih sulit tidur. Penelitian dari Federal University di Sao Paulo Brasil menunjukkan bahwa makan malam dengan yang makanan tinggi lemak bisa meningkatkan risiko gangguan tidur.

"Hasil penelitian menemukan bahwa konsumsi makanan berlemak saat makan malam atau bahkan sepanjang hari pun, bisa membuat tidur kurang nyenyak, di mana para partisipan terbangun lebih sering serta berguling-guling di malam hari," jelas Garcia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement