REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usulan masuk sekolah bagi siswa SMA/SMK pukul 05.00 Wita dari Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, menuai beragam tanggapan. Meski dikabarkan sudah ada SMA/SMK di sana yang menerapkannya, namun usulan tersebut tetap memicu pro kontra.
Dari pandangan sains, American Academy of Pediatric (AAP) telah merekomendasikan waktu ideal tentang jam masuk sekolah. Hal ini juga berkaitan dengan kecukupan tidur anak, menurut laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS), dilansir pada Rabu (1/3/2023).
AAP merekomendasikan agar sekolah menengah pertama dan atas dimulai pada pukul 8.30 pagi atau lebih. Hal ini bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa agar mendapatkan jumlah tidur yang mereka butuhkan.
Remaja yang mendapatkan tidur cukup bisa berdampak pada peningkatan kesehatan, prestasi akademik, dan kualitas hidup. Kurang tidur adalah masalah umum yang terjadi di kalangan siswa sekolah menengah. Hal ini dikaitkan dengan beberapa risiko kesehatan termasuk kelebihan berat badan, minum alkohol, merokok, dan menggunakan narkoba, serta prestasi akademik yang buruk.
Salah satu penyebab remaja tidak cukup tidur adalah jam masuk sekolah lebih awal. American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan agar remaja berusia 13 hingga 18 tahun harus tidur secara teratur 8 hingga 10 jam per hari untuk kesehatan yang baik. Remaja yang kurang tidur lebih mungkin mengalami kondisi, seperti berikut:
-Kelebihan berat badan
-Tidak melakukan aktivitas fisik sehari-hari
-Menderita gejala depresi
-Terlibat dalam perilaku berisiko yang tidak sehat seperti minum alkohol, merokok tembakau, dan menggunakan obat-obatan terlarang
-Berprestasi buruk di sekolah
Selama masa pubertas, remaja biasanya mengalami pergeseran ritme biologis. Perubahan biologis ini sering digabungkan dengan kebiasaan tidur yang buruk, termasuk waktu tidur yang tidak teratur dan adanya barang elektronik di kamar tidur.
Selama hari sekolah, waktu mulai sekolah adalah alasan utama siswa bangun dari tidur. Kombinasi antara waktu tidur yang larut dan waktu mulai sekolah yang lebih awal mengakibatkan sebagian besar remaja tidak cukup tidur. Tidur yang cukup dapat meningkatkan prestasi akademik.
Orang tua bisa menjadi teladan untuk mendorong kebiasaan yang membantu meningkatkan kualitas tidur. Tetapkan waktu tidur dan bangun yang teratur, termasuk pada akhir pekan.
Ini direkomendasikan untuk semua orang, baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Remaja dengan waktu tidur yang diatur orang tua biasanya lebih banyak tidur dibandingkan mereka yang tidak diatur oleh orang tuanya.
Remaja yang terpapar lebih banyak cahaya (seperti pencahayaan ruangan atau dari elektronik) pada malam hari cenderung kurang tidur. Penggunaan teknologi (komputer, video game, atau ponsel) juga dapat menyebabkan waktu tidur yang larut. Orang tua harus mempertimbangkan untuk melarang penggunaan teknologi setelah waktu tertentu atau menghapus teknologi ini dari kamar tidur.
Beberapa hambatan yang sering disebutkan adalah potensi kenaikan biaya transportasi dan kesulitan penjadwalan. Profesional kesehatan dapat mengedukasi anak dan orang tua tentang pentingnya tidur yang cukup sekaligus faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kurang tidur di kalangan remaja.
Pihak sekolah harus peka terhadap kesehatan anak. Kebiasaan tidur yang baik dikombinasikan dengan waktu sekolah akan memungkinkan anak menjadi lebih sehat dan meraih prestasi akademik secara lebih baik.