Senin 27 Feb 2023 05:44 WIB

Mampukah Teknologi VR Seperti di Game Bantu Pasien Strok Bergerak?

Beberapa perusahaan sedang memgembangkan teknologi VR untuk membantu pasien strok.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang memakai kacamata Virtual Reality (VR). Beberapa perusahaan sedang mengembangkan teknologi VR untuk membantu pasien strok bergerak. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/JOSE SENA GOULAO
Seorang memakai kacamata Virtual Reality (VR). Beberapa perusahaan sedang mengembangkan teknologi VR untuk membantu pasien strok bergerak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat mengenakan headset prototipe, tindakan dasar dalam realitas virtual dapat dilakukan hanya dengan memikirkannya. Dalam game misalnya, di mana jet ski VR dikendalikan oleh pegangan, Anda bergerak dengan memikirkannya, bukan meremas tangan.

Perusahaan Elon Musk, Neuralink, sedang mengembangkan konsep serupa. Ada banyak perusahaan teknologi saraf yang mengeksplorasinya.

Baca Juga

Salah satu tujuannya adalah memungkinkan orang yang menderita strok, atau mengalami cedera otak lainnya, mengontrol ponsel atau komputer dari jarak jauh. Metode Neuralink membutuhkan sebuah chip yang ditempatkan di otak itu sendiri.

Perusahaan tersebut sejauh ini mencobanya pada hewan, dan telah dikritik karena perlakuan mereka. Mereka telah merilis video yang dikabarkan mendemonstrasikan seekor monyet yang memainkan video game Pong dengan pikirannya.

Cogitat adalah salah satu perusahaan yang mengembangkan sistem yang bekerja di atas kepala, bukan di dalamnya. Suatu hari nanti bisa berbentuk ikat kepala yang dikenakan dengan headset VR.

Beberapa perusahaan sudah membuat perangkat keras mereka sendiri tetapi Cogitat hanya berkonsentrasi pada teknologi di belakangnya. Proyek tersebut dipimpin oleh konsultan National Health Services (NHS) Allan Ponniah dan ilmuwan komputer Dimitrios Adamos dari Imperial College London.

Teknologi ini sedang dalam tahap pengembangan, tetapi sudah dicoba pada pasien strok dengan hasil yang positif. Tujuannya adalah untuk mendorong mereka melanjutkan latihan rehabilitasi dengan membuatnya lebih menarik.

"Ketika seseorang mengalami strok, mereka tidak bisa menggerakkan lengannya. Mereka sangat kehilangan motivasi untuk mengambil bagian dalam rehabilitasi," ujarnya Ponniah seperti dilansir laman BBC, Sabtu (25/2/2023).

Ponniah menjelaskan, teknologi ini akan memungkinkan mereka membayangkan sedang menggerakkan tangan dan melihat tangan bergerak di layar. Hal ini dipercaya akan memotivasi mereka untuk memulai program fisioterapi.

Tentu saja perangkat prototipe itu tidak sepenuhnya membaca pikiran dan tidak menerjemahkan pikiran atau melihat jauh ke dalam jiwa si pemakai. Itu hanya terfokus pada sinyal keterampilan motorik.

"Jika Anda tidak memilih untuk berinteraksi dengan sistem, tidak akan terjadi apa-apa. Tidak ada yang diambil jika Anda berhenti menggunakannya," ujar Adamos.

Perusahaan lain fokus pada berbagai jenis aktivitas otak misalnya sinyal visual sehingga Anda dapat fokus pada angka dan menekan tombol di layar. Mungkin juga untuk berkonsentrasi pada tanggapan yang lebih pribadi seperti suka dan tidak suka.

Cogitat mengatakan, perusahaan akan memiliki prototipe kerja teknologinya dalam 12 bulan ke depan. Namun ada beberapa tantangan yang masih terbentang di depan untuk teknologi saraf. Cogitat sedang melatih teknologinya pada database ratusan sukarelawan yang telah mengujinya yang mempercepat proses kalibrasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement