REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah melahirkan, perencanaan kehamilan dan pemilihan alat kontrasepsi menjadi perhatian utama bagi banyak pasangan, terutama bagi para ibu yang memilih untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Pemilihan kontrasepsi dalam periode menyusui ini tidak boleh sembarangan. Alat kontrasepsi yang dipilih harus efektif mencegah kehamilan tanpa mengganggu produksi dan kualitas ASI.
"Sebenarnya kalau ibu lagi menyusui, kita lebih merekomendasikan untuk yang non-hormonal supaya tetap ovulasi dan menstruasi," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi lulusan Universitas Indonesia dr Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, Sp.OG, IBCLC dalam temu media di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Nisa mengatakan pada umumnya para ibu dianjurkan berbicara terlebih dahulu bersama pasangan untuk menentukan waktu pemasangan, apakah alat dipasang langsung setelah melahirkan secara caesar atau menunggu setelah 40 hari masa nifas. Setelahnya, dokter spesialis akan mendengarkan keinginan ibu baik dari sisi jenis kontrasepsi yang dirasa nyaman hingga durasi pemakaian.
Biasanya dokter akan memberikan rekomendasi untuk memakai jenis kontrasepsi yang non-hormonal seperti kondom dan IUD. Meski demikian, rekomendasi memakai kontrasepsi hormonal seperti pil dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
Menurutnya, kondom dapat memberikan proteksi pada wanita dari kehamilan sebesar 99 persen jika digunakan dengan benar. Caranya yakni dengan memakai kondom sebelum mulai berhubungan intim.
Ujung kondom yang berbentuk seperti balon kecil harus dipencet agar tidak mengembung. Kondom yang telah terpakai tidak boleh dimasukkan kembali ke dalam kemaluan wanita karena berisiko robek atau bergeser.
Sementara IUD memiliki beragam durasi pemakaian. Nisa menjelaskan kontrol pemakaiannya pun hanya sesekali karena dipasang langsung di dalam rahim.
Nisa menyarankan agar ibu yang memilih IUD memasang alat tersebut ketika sedang menstruasi. "Pas menstruasi enggak ada masalah. Menstruasi itu mulut rahim sedang terbuka, jadi bisa lebih gampang dipasang, kita masukkan pelan saja," kata dia.
Pemakaian IUD juga tidak menghalangi siklus ovulasi, sehingga pemakainya akan tetap mengalami menstruasi setiap bulan. Ia juga memastikan adanya benang yang sedikit menggantung bersifat lembut dan dapat menyerap cairan dalam kemaluan wanita. Secara lambat laun pengguna IUD akan menjadi lebih nyaman.
"Memang ada benang yang sebagai acuan untuk nanti kita mengambil (kembali IUD) di muka serviks. Tapi benang itu makin lama lembut, menyerap si cairan-cairan serviks dan itu biasanya lama-lama enggak kerasa juga, jadi IUD lebih aman karena dia non-hormonal, ovulasi tetap ovulasi," katanya.
View this post on Instagram