Ahad 12 Feb 2023 20:41 WIB

Perut Mendadak Kembung Setelah Makan? Mungkin Ini Penyebabnya

Jika sering mengalami perut kembung, artinya ada masalah kesehatan yang mendasarinya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Perut terasa kembung setelah makan. (ilustrasi)
Foto: www.flickr.com
Perut terasa kembung setelah makan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perut sesekali bisa terasa kembung dan tidak nyaman seusai makan berlebihan atau dalam porsi besar. Akan tetapi, jika kondisi itu terjadi berulang kali, bisa menandakan adanya masalah mendasar dan memerlukan perhatian medis segera.

Pakar diet Manpreet Kalra yang memiliki spesialisasi dalam keseimbangan hormon dan kesehatan usus mengulas hal itu di akun Instagram. Kalra menjelaskan, ketidaknyamanan di perut usai makan dapat disebabkan oleh mobilitas usus yang buruk. "Mobilitas makanan di usus terjadi karena gerakan peristaltik, yang berdampak pada pencernaan makanan kita," ujarnya.

Baca Juga

Gerak peristaltik adalah bentuk gerakan otot yang otomatis terjadi di sistem pencernaan. Prosesnya dimulai saat menelan makanan sampai makanan dan cairan terdorong ke seluruh saluran pencernaan. Jika divisualisasikan, saluran pencernaan ibarat serangkaian organ berongga yang terhubung membentuk jalur yang berkesinambungan.

Jalur ini terdiri dari otot dan saraf yang melapisi dindingnya. Dengan masuknya makanan atau cairan ke dalam saluran pencernaan, saraf mengaktifkan otot untuk menghasilkan serangkaian kontraksi otot seperti gelombang. Kontraksi ini mendorong makanan dan cairan ke depan, akhirnya membawa mereka keluar dari tubuh melalui anus atau uretra.

Gerak peristaltik memainkan peran penting dalam proses pencernaan, yakni memungkinkan pergerakan makanan dan cairan melalui setiap tahap pencernaan. Tanpa gerak peristaltik, seseorang tidak bisa mengonsumsi makanan atau "membuang" kotoran dati tubuh. Perkembangan gerak peristaltik yang bertahap dan stabil penting untuk kesehatan pencernaan.

Tubuh jadi punya cukup waktu untuk memecah makanan dan mengekstrak nutrisi. Selain itu, akan membantu menghilangkan bakteri yang terakumulasi dan produk limbah secara efisien. Apabila gerak peristaltik terlalu cepat atau terlalu lambat, dapat menyebabkan gangguan pada proses pencernaan.

Kalra membagikan beberapa saran untuk meningkatkan gerakan peristaltik usus. Caranya, pertahankan postur tegak atau duduk dalam posisi yang nyaman saat makan. Itu akan membantu pencernaan, merangsang gerakan usus, dan meningkatkan sirkulasi darah.

Saran lain, tetapkan jadwal makan yang konsisten setiap hari. Bisa juga dengan minum teh adas untuk mengurangi radang usus dan melancarkan pencernaan, serta mengonsumsi air biji ketumbar yang merangsang produksi enzim pencernaan. Lakukan pula aktivitas fisik selama 30-45 menit setiap hari.

Pakar diet dan nutrisi di ToneOP, Ruchi Soni, mengatakan kemungkinan dampak yang terjadi jika gerakan peristaltik gagal menghilangkan penumpukan limbah dan bakteri secara teratur. Hal itu bisa menyebabkan sembelit dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.

Buang air besar menjadi tidak nyaman, perut kembung dan nyeri, serta mual dan muntah. Gerak peristaltik yang lamban dikenal dengan istilah hipomotilitas atau hipoperistaltik. Menurut Soni, penyebabnya bisa karena seseorang menjalani gaya hidup kurang gerak.

Untuk mendukung kesehatan pencernaan, sebaiknya batasi konsumsi makanan yang sulit dicerna seperti makanan olahan serta susu sapi. Soni merekomendasikan makanan kaya serat dan hidrasi yang cukup guna meningkatkan fungsi pencernaan.

"Makanan utuh seperti sayur dan buah dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak peristaltik. Pertahankan rasio 40-60 dalam diet, dengan 40 persen terdiri dari makanan matang dan 60 persen makanan mentah," kata Soni, dikutip dari laman Eastern Eye, Ahad (12/2/2023).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement