Ahad 12 Feb 2023 08:52 WIB

Merokok dan Vaping Tingkatkan Risiko Covid-19 dengan Gejala Parah

Menurut penelitian, merokok dan vaping sama-sama berdampak buruk.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Vaping dan merokok meningikatkan risiko Covid-19 dengan gejala parah. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Vaping dan merokok meningikatkan risiko Covid-19 dengan gejala parah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merokok tembakau dan vaping (rokok elektronik) bisa meningkatkan risiko terkena Covid-19 dengan gejala yang parah di kalangan anak muda yang sehat. Hal ini merujuk pada studi yang diterbitkan dalam Journal of Molecular Medicine.

Menurut studi itu, merokok dan juga vaping dapat membuat seseorang mengalami peningkatan peradangan dan perkembangan Covid-19 yang parah, serta komplikasi kardiovaskular yang berkepanjangan yang dapat terjadi setelah infeksi virus. "Pesan utamanya adalah bahwa merokok dan vaping sama-sama berdampak buruk," kata penulis utama studi sekaligus Profesor kedokteran di University of California yang berbasis di AS, dr Theodoros Kelesidis.

Baca Juga

Menurut dia, ini adalah temuan yang cukup menarik dan baru bahwa merokok dan vaping mengubah tingkat protein utama yang digunakan virus Covid-19 untuk bereplikasi," kata Kelesidis seperti dilansir Times Now News, Ahad (12/2/2023).

Para peneliti mengukur kadar protein yang dibutuhkan untuk mereplikasi virus SARS-Cov-2 dengan menggunakan plasma yang dikumpulkan sebelum pandemi dari 45 orang yang bukan perokok, 30 orang perokok rokok elektronik, dan 29 orang perokok tembakau. Protein-protein ini adalah ACE2, furin, Ang II, Ang 1-7, IL-6R, sCD163, dan L-selectin. Tiga protein terakhir secara kolektif diatur dalam sel oleh protein yang dikenal sebagai ADAM17.

 

Para peneliti menemukan bahwa plasma dari orang muda yang sehat yang merokok tembakau atau vape memiliki kadar furin, sCD163, dan L-selectin yang lebih tinggi daripada plasma dari non-perokok. Data menunjukkan, pada perokok dan vaper muda, furin dan ADAM17 mungkin lebih aktif dalam sel kekebalan dan sel permukaan seperti yang melapisi paru-paru.

"Vapers rokok elektrik mungkin berisiko lebih tinggi dibandingkan non perokok dalam mengembangkan infeksi dan gangguan inflamasi pada paru-paru," kata Kelesidis.

Dia mengatakan, sebetulnya rokok elektronik bisa berguna bagi perokok tembakau yang ingin berhenti merokok. "Rokok eletronik tidak berbahaya asal digunakan hanya untuk waktu sesingkat mungkin dalam upaya menghentikan merokok, dan tidak boleh sama sekali digunakan oleh non perokok," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement