Senin 30 Jan 2023 22:25 WIB

Multi Drug Treatment Bantu Putuskan Rantai Penularan Kusta

Siapa saja yang dapat diberikan multi drug treatment kusta?

Penderita kusta di India kehilangan jemarinya akibat infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Indonesia masih termasuk tiga negara penyumbang kasus kusta tertinggi di dunia, selain Brasil dan India.
Foto:

Kemoprofilaksis

Selain MDT ada pula obat kemoprofilaksis guna mencegah terjadinya kusta. Tujuannya adalah untuk menurunkan risiko terjadinya penyakit kusta di antara orang-orang yang melakukan kontak erat dengan penderita.

Pemberian kemoprofilaksis juga harus disesuaikan dengan syarat, yakni obat diberikan pada penduduk yang menetap paling singkat tiga bulan di daerah yang memiliki penderita kusta. Obat hanya bisa dikonsumsi oleh orang yang usianya sudah lebih dari dua tahun.

Syarat lainnya adalah tidak sedang dalam terapi rifampisin dalam kurun waktu dua tahun terakhir, tidak sedang dirawat di rumah sakit, dan tidak memiliki kelainan fungsi ginjal maupun hati. Selain itu, orang yang mendapat kemoprofilaksis juga bukanlah suspek tuberkulosis (TBC) dan bukan suspek kusta atau terdiagnosis kusta.

"Kusta dapat diobati dan disembuhkan. Kalau ada yang bilang kusta itu kutukan akibat dosa dan menyebabkan jari putus, itu hanya mitos," ucapnya.

Hindari kecacatan

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan deteksi dini penting dalam menangani penyakit kusta di Indonesia. Dengan begitu, kecacatan bisa dihindari.

"Begitu dapat (menemukan kasus kusta, red.), langsung diobati maka tuntas sehingga tidak akan menimbulkan disabilitas," kata dia dalam lokakarya nasional dalam rangka memperingati Hari NTDs 2023 di Jakarta, Senin.

Maxi menjelaskan penanganan disabilitas kusta masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan. Pihaknya mengatakan kasus cacat tingkat dua di Indonesia jumlahnya kecil. Namun semestinya jumlah tersebut nol kasus.

"Kalau kusta masih ada disabilitas, itu menurut saya, kita masih gagal ya. Hampir enam persen ditemukan (disabilitas akibat kusta, red.). Zaman sekarang kalau obatnya sudah ada, tapi kalau masih ada disabilitas tingkat dua, itu berarti kita masih boleh dikatakan gagal," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement