REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit kusta mendatangkan gejala yang berbeda dengan panu. Bercak yang ditimbulkannya pada kulit bisa dibedakan secara sederhana.
"Panu itu biasanya seperti sisik halus begitu. Biasanya ada pemeriksaannya, kita bilang fingernail sign, kalau kita kerok sedikit, nah itu biasanya dia akan bersisik kalau panu," kata dokter spesialis dermatologi dan venereologi Willa Damayanti dalam diskusi tentang kusta yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Willa mengatakan, panu umumnya hanya ditemui pada daerah yang rentan berkeringat seperti area wajah atau badan yang lembap dan terkena sinar matahari. Sementara itu, kusta bisa ditemukan di mana pun.
Selain itu, kulit yang terkena panu tidak berkurang sensibilitasnya dalam meraba atau merasakan sentuhan. Berbeda dengan kusta yang hilang atau berkurang sensibilitasnya dalam meraba dan merasakan sentuhan hingga terjadi kelemahan otot pada titik tertentu.
"Bisa terjadi kelemahan otot. Makanya kalau mendeteksi, biasanya kita ada pemeriksaan begitu pasien datang, kita lakukan beberapa pemeriksaan saraf. Biasanya ada enam nervus yang kita lihat atau enam saraf, baru kita nilai nanti, mana saja yang terjadi penurunan atau kelemahan dari otot tersebut," ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta itu.
Saat kusta bertambah parah, menurut Willa, benjolan yang lebih besar bernama facies leonina (muka singa) bisa tumbuh di wajah. Ia mengatakan penyakit yang juga diketahui sebagai Morbus Hansen ini dapat menyerang siapapun, baik anak-anak maupun dewasa.
Umumnya, penyakit tersebut terjadi pada orang di usia 25-35 tahun. Sejumlah faktor risiko seperti lingkungan yang buruk, kondisi sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya sistem imun pada tubuh meningkatkan risiko terjadinya kusta pada seseorang.