REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sutradara Garin Nugroho menjelaskan tentang film horor perdananya, Puisi Cinta yang Membunuh. Meski ada karakter lesbian, Garin menegaskan esensi film ini adalah tentang kekerasan yang dilakukan manusia bahkan lebih kejam daripada iblis.
“Esensi film ini justru kekerasan bisa timbul dari manusia, siapa pun dan di mana pun, bahkan kekerasan manusia lebih horor dari kekerasan hantu,” kata Garin saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (5/1/2023).
Mengenai karakter lesbi bernama Deren yang diperankan Kelly Tandiono, dia hanya memandang itu dari perspektif manusia yang mempunyai hak sama. Menurut Garin, cerita ini harus dipresentasikan secara utuh, apalagi karakter ini menjadi salah satu yang harus masuk dalam alur keseluruhan cerita.
“Bukan persoalan dibuat lesbi atau tidak, kan seluruh cerita itu untuk dinikmati masyarakat dengan presentasi masyarakat yang berbeda-beda. Karakter manusia-lah gitu. Jadi keberagaman itu yang menjadikan sebuah cerita menjadi banyak dimensi,” jelas Garin.
Dia mengatakan, filmnya ini bukan bentuk kampanye LGBTQ karena merupakan refleksi dari nilai-nilai atau bentuk-bentuk stereotipe di masyarakat. Bagi Garin, film juga harus merefleksikan kehidupan masyarakat. Jika tidak, maka penonton tidak akan mendapat pelajaran apapun.
"Film bisa menjadi cermin karakter dan berbagai fenomena kehidupan masyarakat, esensinya di situ. Setiap manusia ada energi positif dan negatif dan trauma yang harus diproses,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, adegan lesbian tokoh Deren terlihat pada menit ke-26 hingga ke-28 film Puisi Cinta yang Membunuh. Deren yang merupakan salah satu dosen Ranum terlihat saling menggoda Ellen (Izabel Jahja) yang sedang mandi di bathub. Keduanya kemudian saling bertatapan, dan tampak siluet berpelukan.