Jumat 25 Jul 2025 18:33 WIB

Joko Anwar Kembali dengan Horor Komedi, Siap-Siap Tertawa dan Teriak

Film Ghost in the Cell merupakan ruang eksplorasi genre Joko Anwar.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Sutradara Joko Anwar dan produser Tia Hasibuan dalam konferensi pers film Ghost in The Cell di Epicentrum, Jakarta, Jumat (25/7/2015).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Sutradara Joko Anwar dan produser Tia Hasibuan dalam konferensi pers film Ghost in The Cell di Epicentrum, Jakarta, Jumat (25/7/2015).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Produksi Come and See Pictures bersiap merilis film horor komedi berjudul Ghost in the Cell (Hantu di Penjara). Ditulis dan disutradarai Joko Anwar, film ini sekaligus menandai kembalinya sang sineas ke genre komedi sejak debutnya melalui Janji Joni (2005).

Joko mengatakan film Ghost in the Cell merupakan ruang eksplorasi genre yang telah membentuk identitas kreatifnya, yakni komedi dan horor. "Komedi adalah cinta pertama saya. Tapi saya masih tergila-gila pada horor. Jadi ini saatnya saya menggabungkan keduanya dalam satu film," kata Joko dalam konferensi pers di Epicentrum, Jumat (25/7/2025).

Baca Juga

Film ini akan mengisahkan dua geng yang saling bermusuhan lalu bertikai di dalam penjara Jakarta yang padat. Seolah konflik mereka belum cukup, satu per satu narapidana mulai tewas. Bukan karena dibunuh oleh musuh, melainkan oleh sesosok hantu ganas. Mau tak mau, kedua geng harus bekerja sama jika ingin tetap hidup.

Bagi Joko, ini menjadi film yang sangat menantang karena harus menggabungkan dua genre yang sangat berbeda namun sama-sama menuntut presisi. Karenanya sebagai sutradara sekaligus penulis, Joko melakukan riset mendalam agar isu yang dihadirkan terasa relevan, serta memilih aktor yang mampu mengeksekusi cerita lewat adegan dan dialog.

"Jadi kerja kerasnya dua kali. Pertama secara komedi tuh harus perfect banget, timingnya harus presisi. Dan horornya juga harus presisi banget. Dan ini harus dimainkan oleh aktor-aktor yang bukan cuman bisa menguasai kedua genre yang sangat berbeda. Issue yang diangkat juga perlu relevan," kata dia.

Joko mengungkapkan salah satu isu yang diangkat di film ini ada hubungannya dengan isu kerusakan alam akibat keserakahan manusia. Selain itu, melalui film ini ia juga ingin menyinggung fenomena daring #kaburajadulu. Hastagh tersebut muncul sebagai respon atas ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

"Kan saya sudah pernah bikin film hantu yang setting-nya di rumah. Nah saya kepikiran, di mana ya tempat yang kalau misalnya ada hantu kita enggak bisa kabur. Sama seperti kita sebagai WNI kan susah kan mau kabur kalau ada masalah kan? Enggak semua orang bisa kaburnya dulu kan? Jadi muncul ide, ada hantu di penjara," kata Joko.

Diproduseri oleh Tia Hasibuan, film ini dibintangi oleh Abimana Aryasatya yang kembali ke layar lebar setelah enam tahun vakum sejak Gundala (2019). Nama-nama besar lainnya juga ikut bergabung, seperti Bront Palarae, Tora Sudiro, Aming Sugandhi, Lukman Sardi, Morgan Oey, Danang Suryonegoro, Rio Dewanto, dan Kiki Narendra.

Deretan pemeran Ghost in the Cell juga menghadirkan reuni sejumlah aktor lama yang pernah bekerja dengan Joko, seperti para bintang Quickie Express (2007), hingga kolaborator Pengepungan di Bukit Duri (2024). Bahkan Jaisal Tanjung, sosok di balik visual khas film-film Joko, untuk pertama kalinya muncul di depan kamera sebagai aktor. Film ini juga memperkenalkan pendatang baru Magistus Miftah ke publik. Film ini baru merampungkan proses syuting dan dijadwalkan tayang pada 2026.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement