Jumat 16 Dec 2022 15:49 WIB

Dokter Ingatkan Calon Ibu tidak Diet Saat Jalani Program Bayi Tabung

Calon ibu dianjurkan tidak menjalani diet saat akan dan selama program bayi tabung.

Suami-istri (Ilustrasi). Ketika akan menjalani program bayi tabung, calon ibu dianjurkan untuk tidak berdiet.
Foto: www.freepik.com
Suami-istri (Ilustrasi). Ketika akan menjalani program bayi tabung, calon ibu dianjurkan untuk tidak berdiet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdiet sangat tidak dianjurkan untuk para ibu yang akan atau sedang mengikuti program bayi tabung. Mengapa begitu?

"Jadi pada ibu atau istrinya itu biasanya kita tidak anjurkan untuk diet," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSAB Harapan Kita Jakarta, Hadi Sjarbaini,  dalam Siaran Sehat "Mengenal Program Bayi Tabung" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (15/12/2022).

Baca Juga

Dr Hadi menuturkan bahwa ketika menjalani program diet, asupan gizi pada ibu dalam aspek karbohidrat, protein, atau lemak cenderung berkurang. Kondisi itu dapat menyebabkan sel telur yang dihasilkan ovarium atau indung telur tidak dapat tumbuh dan memiliki kualitas yang baik.

Pada saat melakukan diet atau olahraga yang terlalu sering, banyak kalori yang seharusnya masuk ke dalam tubuh untuk membangun sel telur menjadi terbakar atau defisit kalori. Sebaiknya, makan sesuai dengan porsi dengan gizi seimbang.

"Disarankan jangan, sebenarnya makan atau olahraganya itu biasa saja jangan gila-gilaan. Misal makan nasi padang, itu tidak usah membatasinya. Biasa saja dan terus beraktivitas seperti biasa supaya tidak semua lemak terbakar," katanya.

Menurut dr Hadi, sangat penting bagi ibu untuk menjalankan bayi tabung dengan perasaan nyaman dan terhindar dari stres. Sebab, program akan memakan waktu antara sembilan sampai 12 hari yang dimulai dari konsultasi dan skrining.

Ketika telur sudah matang melalui prosedur khusus, dokter akan mengambilnya melalui bimbingan USG. Selama masa itu, dibutuhkan juga waktu tiga hingga lima hari untuk menyimpan sel telur yang akan menjadi bakal janin untuk kemudian bisa ditransfer kembali masuk melalui vagina ibu. Pada saat dimasukkan ke dalam rongga rahim, ibu tidak akan dibius, namun tetap mendapatkan pendampingan dari dokter dan perawat.

"Katakanlah 12 hari kemudian tambah lima hari, jadi sekitar dua minggu tergantung respon ibu pada stimulasi itu. Kalau responsnya bagus akan lebih cepat, tapi kalau responnya agak lambat mungkin kita butuh waktu lebih lama jadi spare (jeda) waktu antara dua sampai tiga pekan," ujar dr Hadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement