Remy turut menumbuhkan kepenulisan puisi yang aneh dan melawan arus, tapi sekaligus menarik. Ketika situasi berubah dan kesusastraan Indonesia sudah mulai mapan dengan perkembangan eksperimentasinya, Remy tetap berkarya, baik dalam film, seni lukis, seni rupa, drama, teater, hingga novel.
"Jadi saya kira Remy bukan sekadar serbabisa, tapi juga sangat produktif dan karya-karyanya menginspirasi karena dia sadar betul dengan sasaran pembacanya," kata Maman yang merupakan penulis Kitab Kritik Sastra.
Sasaran pembacanya adalah masyarakat sastra yang bergairah pada berbagai eksperimentasi, kebaruan. Bahkan, sampai sekarang Remy masih terus berkarya.
"Saya kira hebatnya Remy di situ yang nggak ada duanya. Pantas kalau kemudian pemerintah memberi penghargaan seni budaya atau apa pun pada Remy. Terlepas dari berbagai kontroversinya," kata sastrawan 65 tahun tersebut.
Remy Sylado telah berpulang dalam usia 77 tahun pada Senin (12/12/2022) dan akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta pada Selasa. Sastrawan bernama asli Japi Panda Abdiel Tambajong itu terkenal dengan karyanya mulai dari Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa, Kerudung Merah Kirmizi, hingga Malaikat Lereng Tidar.