Tanda-tanda kanker serviks pada seorang perempuan baru dapat dinyatakan setelah membuka vagina dengan spekulum. Dr Cindy mengatakan, meski tidak dapat dilihat secara kasat mata, kanker serviks dapat terlihat jika sudah mengalami keparahan.
Gejala kanker serviks antara lain munculnya daging pada sekitar vagina, keluarnya keputihan bercampur darah, dan vagina berbau. Lalu, penderita mengalami frekuensi buang air kecil meningkat, mudah lelah hingga nyeri saat berhubungan intim, dan ada bercak darah pada urine.
Oleh karenanya, dr Cindy mengimbau agar setiap perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seks untuk memeriksakan dirinya agar segera ditangani, disamping mendapatkan vaksin HPV. Ia mengatakan pemeriksaan tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat dilakukan baik dengan pap smear ataupun tes IVA (inspeksi visual dengan asam asetat).
Pemeriksaan dianjurkan bagi perempuan yang sudah aktif berhubungan seksual dan sudah berusia di atas 21 tahun serta harus dilakukan secara rutin. Pemeriksaan tersebut sangat penting karena meskipun seseorang hanya mempunyai satu pasangan seks, tetap berpotensi tertular HPV apabila pasangannya telah terinfeksi HPV.
Dr Cindy berharap perempuan tidak lagi takut untuk melakukan kontrol dan mempercayai stigma dan mitos yang banyak beredar, seperti takut dicap gemar berganti pasangan dalam masyarakat.
"Selain itu, riwayat keturunan, pola hidup tidak sehat, penggunaan pil KB, hingga belum adanya proteksi dari vaksinasi HPV juga menjadi faktor utama penyebab kanker serviks," ucap dr Cindy yang juga anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu.