REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain mengoptimalkan kebersihan mulut dan gigi, penggunaan obat kumur rupanya bisa menyingkirkan virus SARS-CoV-2 dalam waktu singkat. Namun, mungkin tak semua mouthwash bisa memberikan efek perlindungan seperti ini.
Seperti diketahui, virus penyebab Covid-19 itu tak hanya menyerang sel-sel di saluran pernapasan. Virus ini juga bisa menyerang sel-sel yang ada di lapisan mulut. Di sinilah penggunaan obat kumur bisa berperan dalam melindungi tubuh dari ancaman SARS-CoV-2.
Menurut studi terbaru dalam jurnal Scientific Reports, jenis obat kumur yang memiliki kemampuan untuk membunuh SARS-CoV-2 adalah yang memiliki kandungan cetylpyridinium chloride. Menurut studi, mouthwash dengan cetylpyridinium chloride bisa membunuh SARS-CoV-2 dalam hitungan menit.
Studi juga menemukan bahwa kadar konsentrasi cetylpyridinium chloride yang rendah sudah bisa memberikan efek perlindungan tersebut. Selain menbunuh SARS-CoV-2, penggunaan mouthwash dengan cetylpyridinium chloride juga dapat mengurangi muatan virus SARS-CoV-2 yang ada di dalam mulut.
Ada beberapa zat kimia lain yang juga bisa memberikan efek serupa. Akan tetapi, cetylpyridinium chloride (CPC) memiliki kelebihan karena tak memiliki rasa serta bau.
Manfaat cetylpyridinium chloride dalam membunuh SARS-CoV-2 ini diketahui setelah tim peneliti melakukan pengujian pada sel-sel yang dikultur. Hanya dalam 10 menit, senyawa itu bisa menonaktifkan kemampuan SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel.
Lebih lanjut, tim peneliti menemukan bahwa obat kumur dengan kandungan CPC bekerja lebih baik dibandingkan hanya menggunakan CPC saja. Tim peneliti juga menemukan bahwa air liur manusia tampak tidak menyebabkan perubahan pada efek dari CPC.
Seperti diketahui, saat ini ada beragam varian virus penyebab Covid-19 yang beredar di tengah masyarakat. Menurut studi, obat kumur dengan cetylpyridinium chloride memberikan efek yang sama, baik pada varian alpha, beta, maupun gamma. Hal ini menunjukkan bahwa efek mouthwash seperti ini bisa bekerja pada berbagai strain virus SARS-CoV-2.