REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam menyebutkan, MSG atau penyedap makanan bukan menjadi faktor pemicu kanker. Karena MSG yang dipakai pada makanan instan di Indonesia sudah berizin resmi.
"Jadi mitos ya kalau MSG ini bisa menyebabkan kanker," tegasnya, melalui pesan suara yang diterima di Jakarta, dikutip Rabu (21/9/2022).
Ia pun memberi saran untuk konsumsi makanan rendah lemak dan banyak mengandung serat serta buah-buahan untuk mencegah risiko kanker sejak dini.
Ia juga mengingatkan jika memang ada faktor keturunan kanker dari orang tua, harus melakukan skrining secara reguler untuk memastikan apakah penyakit tersebut ada dalam tubuh. Sebelumnya sempat viral di media sosial seorang perempuan yang menderita tumor jinak disebutkan karena terlalu sering mengonsumsi makanan instan.
"Kita juga harus rajin aktivitas olahraga, harus banyak minum dan istirahat yang cukup," ucap Ari.
Ari mengatakan, konsumsi makanan instan dalam jangka panjang dan berlebihan bisa memicu obesitas atau kegemukan. "Kalau terus berlanjut kita tidak menjaga kegemukan ini bisa menimbulkan penyakit diabetes melitus," kata Ari.
Ia menjelaskan, obesitas bisa timbul karena kandungan karbohidrat yang ada dalam makanan instan cukup tinggi. Selain karbohidrat, kandungan garam yang cukup tinggi juga bisa menyebabkan hipertensi atau darah tinggi jika dikonsumsi secara berlebihan.
"Kalau konsumsi garamnya terlalu tinggi, kita konsumsi terus itu juga bisa menyebabkan hipertensi pada pasiennya," ucapnya.
Dampak lain dari obesitas akibat kelebihan konsumsi makanan instan adalah munculnya penyakit kanker. Namun ia menjelaskan, penyakit tersebut tidak terjadi secara langsung.
"Kita tahu obesitas adalah salah satu faktor risiko untuk terjadinya kanker, termasuk juga kanker usus besar dan kanker payudara. Itu adalah kanker yang terkait dengan kegemukan," jelas Ari.