REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak lagi merekomendasikan dua terapi antibodi untuk pengobatan Covid-19. Rekomendasi ini diberikan karena terapi pengobatan tersebut tak lagi mampu mengatasi infeksi omicron dan subvarian-subvariannya.
Terapi antibodi bekerja dengan cara menempel ke spike protein SARS-CoV-2 sehingga bisa menetralisir kemampuan virus untuk menginfeksi sel tubuh. Terapi ini merupakan opsi pengobatan Covid-19 yang dikembangkan di awal pandemi.
Setelah hampir tiga tahun pandemi Covid-19 berlangsung, virus penyebab Covid-19 tersebut telah mengalami beragam mutasi dan berevolusi. Perubahan ini membuat kemampuan dua terapi antibodi, yaitu sotrovimab dan casirivimab-imdevimab, menjadi terbatas dalam mengatasi infeksi varian-varian terbaru SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Sotrovimab sebelumnya berhasil mencapai penjualan hingga miliaran dolar AS. Produsen obat sotrovimab, GSK dan Vir Biotechnology, juga menjadi salah satu penjual obat terlaris di Inggris tahun lalu.
Di Amerika Serikat, obat sotrovimab telah ditarik dari peredaran pada April 2022. Amerika Serikat sudah mulai mempertanyakan efektivitas sotrovimab dalam melawan varian omicron sejak awal Februari.
"Sekarang WHO telah mengeluarkan rekomendasi ini, melihat berapa banyak negara yang akan mengikuti rekomendasi tersebut akan menjadi hal yang menarik," ungkap profesor tamu di bidang ilmu farmasi medis King's College London, Penny Ward, seperti dilansir Fox News, Ahad (18/9/2022).
Hal serupa juga terjadi pada koktail terapi antibodi, casirivimab-imdevimab. Tahun lalu, casirivimab-imdevimab menghasilkan miliaran dolar AS dan membuat produsennya, Regeneron dan Roche, menjadi salah satu pembuat obat dengan penjualan tertinggi di Amerika Serikat tahun lalu.
Pada Januari, Food and Drug Administration telah merevisi pernyataan mereka mengenai casirivimab-imdevimab. Berdasarkan pernyataan barunya, badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat tersebut membatasi penggunaan casirivimab-imdevimab hanya untuk sekelompok kecil pasien.
Terlepas dari rekomendasi WHO, regulator obat di Eropa masih akan merekomendasikan kedua terapi antibodi tersebut untuk pasien Covid-19.