Rabu 14 Sep 2022 20:23 WIB

Plester Mulut Saat Tidur Jadi Tren di Tiktok, Ini Reaksi Dokter

Influencer Tiktok mengeklaim memplester mulut bisa mengatasi gangguan tidur.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Tren memplester mulut demi kualitas tidur dibantah oleh dokter. (ilustrasi)
Foto: TikTok/corylrodriguez
Tren memplester mulut demi kualitas tidur dibantah oleh dokter. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plester mulut saat tidur belakangan ini kembali menjadi tren di aplikasi Tiktok. Menurut kreator Tiktok, memplester mulut saat tidur baik dilakukan karena bisa memperbaiki kualitas tidur. Benarkah?

Menurut seorang influencer kecantikan dan kesehatan, Isabelle Lux, bernapas lewat mulut saat tidur bisa menyebabkan bau mulut, penyakit gusi, gigi berlubang, brain fog, hingga melemahnya sistem imun. Dengan memplester mulut, kebiasaan bernapas lewat mulut saat tidur bisa dihindari sehingga dampak-dampak buruk yang mungkin ditimbulkan pun dapat dicegah.

Baca Juga

Pengguna Tiktok lain juga mengeklaim bahwa memplester mulut saat tidur atau mouth taping dapat mengatasi masalah mendengkur yang dia alami. Pengguna tersebut juga merasa bahwa memplester mulut saat tidur dapat memperbaiki tingkat energi dan keluhan nyeri tenggorokan atau nyeri rahang yang kerap dia rasakan ketika bangun tidur.

Dari kacamata medis, seorang dokter di Inggris, Hana Patel mengatakan tubuh manusia dirancang untuk bernapas melalui hidung. Oleh karena itu, bernapas lewat hidung saat tidur memang lebih baik.

"Anda direkomendasikan untuk bernapas lewat hidung sepanjang waktu, bila memungkinkan bahkan pada saat berolahraga," ujar dr Hana, seperti dilansir laman Metro, Rabu (14/9/2022).

Alasan bernapas lewat hidung lebih baik dibandingkan lewat mulut adalah hidung memiliki penyaring udara. Sebelum udara masuk ke saluran pernapasan yang lebih dalam, beragam abu, serbuk sari, partikel atau bakteri berbahaya, hingga debu dari udara akan tersaring lebih dahulu di dalam hidung.

Hidung juga mampu menyesuaikan suhu udara yang dihirup dari luar tubuh. Seperti diketahui, paru-paru merupakan organ yang sensitif terhadap udara dingin dan kering. Hidung membantu mengurangi risiko iritasi dengan cara menghangatkan udara yang masuk sebelum mencapai paru-paru.

Dr Hana mengungkapkan, orang yang bernapas lewat mulut lebih berisiko untuk mengalami gangguan tidur, termasuk apnea tidur. Apnea tidur merupakan kondisi di mana seseorang berhenti bernapas saat tidur untuk sementara waktu karena adanya penyempitan jalan napas.

Orang yang mengalami apnea tidur biasanya menunjukkan beberapa gejala seperti mendengkur, termegap-megap mencari udara saat tidur, dan terbangun berulang ada malam hari. Penderita apnea tidur juga sering merasa lelah setelah bangun tidur karena kualitas tidurnya terganggu.

Akan tetapi, bernapas dari mulut atau mendengkur tidak selalu mengindikasikan bahwa seseorang mengidap apnea tidur. Kondisi tersebut juga bisa disebabkan oleh beberapa kondisi lain seperti konsumsi alkohol, anatomi mulut, alergi, dan pilek.

Dokter gigi dr Sam Jethwa mengatakan, bernapas lewat mulut dapat membuat mulut menjadi kering. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya gigi keropos dan berlubang karena berkurangnya liur yang melindungi gigi. Ketika mulut dalam kondisi kering, bakteri akan mulai berkembang dan memicu terjadinya bau mulut serta penyakit gusi.

Beberapa studi juga menemukan bahwa bernapas lewat mulut saat tidur berkaitan dengan bruxism atau menggemeretakkan gigi. Orang yang mengalami kondisi ini biasanya tidak sadar. Namun, mereka bisa merasakan gejala seperti rahang tegang, gigi yang aus, sakit kepala, dan lelah pada siang hari.

Apakah plester mulut bisa jadi solusi?

Bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat dari plester mulut saat tidur masih sangat minim. Hanya ada satu studi berskala kecil yang menunjukkan bahwa plester mulut saat tidur bisa bermanfaat dalam mengurangi kebiasaan mendengkur.

Memplester mulut saat tidur juga sebaiknya tak dilakukan atas inisiatif sendiri tanpa anjuran dokter. Bila mengalami masalah yang mungkin berkaitan dengan kebiasaan bernapas lewat mulut, akan lebih baik bila masalah tersebut didiskusikan dengan dokter. Melalui diskusi ini, dokter bisa memberikan beberapa opsi pengobatan yang lebih tepat sesuai.

Sebagai contoh, pasien dengan keluhan pusing atau nyeri saat mengunyah bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan menggemeretakkan gigi saat tidur. Untuk kondisi ini, dr Hana mengatakan ada beberapa opsi terapi yang sudah terbukti dapat membantu, seperti penggunaan alat mandibular advancement.

Sedangkan untuk pasien dengan keluhan mendengkur akibat penyempitan jalan napas di hidung, dokter bisa merekomendasikan nasal dilator atau strip yang dapat membuat hidung terbuka secara optimal saat tidur. Obat semprot juga dapat digunakan untuk mengurangi bengkak di dalam hidung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement