REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin Covid-19 versi tanpa jarum suntik untuk penggunaan dosis penguat (booster). Vaksin hirup tersebut dibuat oleh CanSino Biologics yang berbasis di Tianjin.
"Administrasi Produk Medis Nasional China menyetujui Ad5-nCoV CanSino untuk penggunaan darurat sebagai vaksin penguat," kata CanSino dalam sebuah pernyataan kepada Bursa Efek Hong Kong, seperti dikutip laman Japan Times, Senin (5/9/2022).
Vaksin yang digunakan sambil menarik napas dalam-dalam itu merupakan versi baru dari vaksin Covid-19 sekali suntik yang dikembangkan CanSino. Vaksin sekali pakai ini pada Maret 2020 menjadi pertama di dunia yang menjalani pengujian pada manusia dan telah digunakan di China, Meksiko, Pakistan, Malaysia, dan Hungaria setelah diluncurkan pada Februari 2021.
"Vaksin versi hirup dapat merangsang kekebalan seluler dan menginduksi kekebalan mukosa untuk meningkatkan perlindungan tanpa injeksi intramuskular," kata CanSino.
Dalam keterangannya di laman perusahaan, Wakil Direktur Departemen Litbang Vaksin CanSino, Si Weixue, mengatakan pihaknya sangat optimistis dan bersemangat dengan kemanjuran dua dosis vaksinnya, baik yang dihirup maupun yang disuntikkan. Ia menjelaskan vaksin inhalasi dapat digunakan sebagai booster untuk memperkuat kekebalan antibodi, seperti immunoglobulin G.
"Tingkat antibodi yang dihasilkan telah terbukti lebih baik daripada vaksin satu kali suntik yang telah kami setujui sebelumnya, dan vaksin yang dihirup juga dapat menghasilkan kekebalan seluler tingkat tinggi," kata Weixue.
Para peneliti CanSino mengatakan, tidak seperti kebanyakan vaksin Covid-19 suntik yang tersedia, vaksin yang dihirup dapat merangsang respons kekebalan mukosa yang lebih baik di saluran pernapasan bagian bawah manusia. Bagian ini menurut para ahli adalah target utama SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Juli di jurnal Lancet Infectious Diseases mengatakan tidak ada efek samping serius yang dicatat dalam 56 hari setelah vaksin inhalasi pertama.
"Untuk perlindungan yang lebih baik, kami sarankan pemberian dua dosis atau kombinasi vaksin inhalasi dengan suntikan intramuskular," ujar peneliti.