Jumat 22 Jul 2022 14:58 WIB

Bayi Sudah Bisa Mengerti Bahasa dan Ucapan Sejak Awal Kehidupan

Bayi lebih menyukai sucara berbicara dibandingkan suara non bahasa lainnya.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Bayi lebih menyukai sucara berbicara dibandingkan suara non bahasa lainnya.
Foto: Pixabay
Bayi lebih menyukai sucara berbicara dibandingkan suara non bahasa lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali orang menganggap bahwa bayi masih layaknya kanvas kosong dengan sedikit kemampuan untuk belajar saat mereka dilahirkan. Padahal, bayi sebenarnya mulai memproses bahasa dan ucapan sejak momen sangat awal kehidupan mereka. 

Bahkan saat dalam kandungan, bayi bisa belajar membedakan suara dan ucapan. Saat lahir, bayi sudah lebih menyukai suara bicara daripada jenis suara non-bahasa lainnya.

Baca Juga

Tetapi bagaimana tepatnya otak bayi belajar memproses suara bahasa yang kompleks masih menjadi misteri. Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di Nature Human Behaviour, tim peneliti menemukan detail dari proses pembelajaran yang sangat cepat ini, dimulai dalam beberapa jam pertama kelahiran.

Berkolaborasi dengan tim peneliti neonatus di China, tim memasangkan kepala bayi dengan topi kecil yang dilapisi perangkat pemancar cahaya canggih dan dirancang untuk mengukur perubahan kecil kadar oksigen di otak bayi. 

“Detektor dapat membantu menentukan area otak mana yang aktif dari waktu ke waktu,” demikian laporan dikutip dari Science Alert, Jumat (22/7/2022).

Menurut Guillaume Thierry, Profesor Ilmu Saraf Kognitif, Bangor University, prosedur yang sepenuhnya aman dan tidak menyakitkan, dilakukan dalam waktu tiga jam setelah bayi lahir. Itu hanya mengharuskan bayi untuk memakai topi elastis kecil dan menyinari lampu inframerah (pada dasarnya radiasi panas) melalui kepala. 

Hal ini sesuai dengan praktik umum di banyak budaya untuk membungkus bayi yang baru lahir dengan kain untuk memudahkan transisi dari kenyamanan rahim ke dunia luar terkait keberadaan fisik otonom. Dalam waktu tiga jam setelah dilahirkan, semua bayi terpapar suara yang diprediksi oleh sebagian besar peneliti, dapat mereka bedakan. 

Biasanya, ucapan terbalik sangat berbeda dari ucapan normal (maju), tetapi dalam kasus vokal terisolasi, perbedaannya tidak kentara. Faktanya, dalam penelitian, ditemukan bahwa pendengar dewasa hanya dapat membedakan antara dua contoh 70 persen dari waktu.

Sementara bayi yang baru lahir gagal membedakan antara vokal maju dan mundur segera setelah lahir, karena tidak menemukan perbedaan antara sinyal otak yang dikumpulkan dalam setiap kasus pada tiga jam pertama kelahiran. Namun setelah didengarkan suara-suara selama lima jam, bayi yang baru lahir mulai membedakan antara vokal maju dan mundur ini. 

Hal ini berarti bahwa pada hari pertama kehidupan, otak bayi hanya membutuhkan beberapa jam untuk mempelajari perbedaan halus antara suara ucapan yang alami dan yang sedikit tidak wajar.

Poin yang lebih menarik, tim peneliti mendeteksi cross-talk (komunikasi antara area otak yang berbeda) antara kedua kelompok peserta bayi yang terpapar suara bicara, tetapi tidak pada mereka yang belum pernah menjalani pelatihan apa pun. Dengan kata lain, neuron dari bayi-bayi yang terlatih melakukan "percakapan" di seluruh otak dengan cara yang tidak terlihat pada bayi yang tetap diam selama periode yang sama.

Ahli menyarankan agar orang tua tidak hanya mengajak berbicara bayi yang baru lahir. Akan tetapi juga berbagi segala macam pengalaman sensorik dunia segera setelah mereka lahir.

Baik itu dengan mengekspos musik, membiarkan bayi mencium bunga atau merasakan pertunjukan. Beri mereka objek atau pemandangan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dengan mendorong pengalaman yang lebih bervariasi, orang tua telah memberi otak bayi jalan baru untuk tumbuh dan berkembang, dan mungkin kemampuan yang lebih kreatif untuk masa depan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement