Senin 11 Apr 2022 20:59 WIB

Peneliti Temukan 5.500 Spesies Baru Virus RNA di Lautan

Temuan virus RNA baru didapatkan dari hasil studi puluhan ribu sampel air.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Temuan virus RNA baru didapatkan dari hasil studi puluhan ribu sampel air.
Foto: Rawpixel
Temuan virus RNA baru didapatkan dari hasil studi puluhan ribu sampel air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi penelitian baru-baru ini menemukan 5.500 spesies baru virus RNA di lautan. Selama penelitian, puluhan ribu sampel air dikumpulkan dari seluruh dunia dan dianalisis untuk melihat apakah itu mengandung virus RNA.

Telah diketahui secara luas bahwa RNA berperan dalam penyakit menular manusia tetapi relatif sedikit yang diketahui tentang RNA pada lingkup lebih luas. Studi RNA tradisional berfokus pada virus RNA yang menyebabkan penyakit, contohnya termasuk influenza, Ebola, dan virus corona. Menurut penulis utama studi Matthew Sullivan, kelompok virus RNA ini hanya menyumbang sebagian kecil dari semua virus RNA di Bumi.

Baca Juga

“Virus RNA jelas penting di dunia kita, tetapi kita biasanya hanya mempelajari sebagian kecil dari itu, beberapa ratus yang membahayakan manusia, tumbuhan, dan hewan,” kata Sullivan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Insrtia, Senin (11/4/2022).

Peneliti disebut ingin mempelajari secara sistematis dalam skala yang sangat besar dan menjelajahi lingkungan yang belum pernah dilihat siapa pun secara mendalam. Peneliti beruntung karena menemukan hampir setiap spesies baru, dan banyak yang benar-benar baru.

Melalui kombinasi analisis pembelajaran mesin dan evolusi tradisional, tim peneliti menemukan 5.500 spesies virus RNA baru. Peneliti menemukan virus yang cocok dengan kelima filum virus RNA yang ada. Tetapi karena banyaknya keragaman yang ditemukan, mereka menentukan lima filum baru diperlukan untuk mengklasifikasikan temuan secara akurat.

“Ada begitu banyak keragaman baru di sini, dan seluruh filum, Taraviricota, ditemukan di seluruh lautan, yang menunjukkan bahwa mereka penting secara ekologis,” kata Sullivan yang juga profesor mikrobiologi di The Ohio State University.

Selain lima filum RNA baru, para peneliti juga mengusulkan setidaknya 11 jenis virus RNA Orthornavirae baru. Tim peneliti sedang mengerjakan proposal untuk Komite Internasional Taksonomi Virus guna meresmikan filum dan jenis baru yang disarankan.

Menurut Ahmed Zayed, co-penulis pertama dalam studi dan seorang ilmuwan penelitian di mikrobiologi di Ohio State, penemuan baru pada RNA dependent RNA polymerase (RdRp) dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan awal dan evolusi di planet bumi. Jadi menurut dia, peneliti tidak hanya menelusuri asal usul virus, tapi juga menelusuri asal usul kehidupan.

“RdRp seharusnya menjadi salah satu gen paling kuno, itu ada sebelum ada kebutuhan akan DNA,” kata Zayed kepada Science Daily. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement