Sabtu 02 Apr 2022 06:55 WIB

Dokter Anak di Seluruh Dunia Laporkan Peningkatan Kasus Pubertas Dini Selama Pandemi

Kasus pubertas dini anak perempuan melonjak selama pandemi, apa penyebabnya?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Anak sekolah dasar (Ilustrasi). Kasus pubertas dini pada anak perempuan di berbagai negara meningkat selama pandemi Covid-19. Mereka mengalami pubertas sebelum usia delapan tahun.
Foto:

Pubertas dini cenderung berarti anak berisiko mengalami masalah mental dan fisik lainnya. Meski penyebab pastinya dalam banyak kasus tidak dapat ditemukan, dokter telah mengaitkan peningkatan saat ini dengan tekanan pandemi dan lockdown, termasuk pengurangan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi makanan tidak sehat. Hal ini merupakan hal-hal yang terkait dengan risiko pubertas dini yang lebih tinggi.

"Saya pikir ini berhubungan langsung dengan tingkat stres yang dialami anak-anak," ujar Vaishakhi Rustagi MD, ahli endokrinologi anak di Delhi, India.

Pada tahun tertentu, Rustagi melihat sekitar 20 pasien dengan pubertas dini. Sejak pertengahan 2020, dia telah melihat lebih dari 300 anak perempuan dengan kondisi tersebut.

Pemindaian pencitraan dan ultrasound belum menemukan tumor. Sebagian besar kasus, penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, namun Rustagi mengaitkannya dengan stres dan kesedihan.

"Anak-anak ini kehilangan anggota keluarga," katanya.

Pubertas dini diketahui meningkatkan depresi, gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan perilaku antisosial. Perawatan utama untuk kondisi ini, suatu bentuk terapi hormon yang dikenal sebagai terapi analog GnRH, diketahui bekerja dengan sangat baik. Tetapi beberapa pasien dan keluarga mungkin tidak mencari pengobatan karena kurangnya kesadaran atau stigma yang menyertai menstruasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement