REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil wawancara polisi dengan saksi-saksi merinci kegiatan terakhir Bob Saget sebelum kematian aktor-komedian tersebut. Kantor Sheriff Orange County telah merilis foto, rekaman bodycam, dan audio wawancara dengan saksi yang berinteraksi dengan Saget pada jam-jam menjelang kematiannya.
Catatan itu dirilis setelah hakim melarang foto dan rekaman video tertentu dirilis ke publik atas permintaan keluarga mendiang Saget. Saget ditemukan tidak sadarkan diri di kamar hotel di Ritz-Carlton pada 9 Januari lalu, setelah keluarganya tidak dapat menghubunginya.
Dilansir Fox News pada Jumat (25/3/2022), rekaman kamera tubuh menunjukkan petugas muncul ke pintu kamar hotel yang salah, sebelum menemukan ruangan yang benar. Polisi mengatakan, tidak ada pelanggaran yang terjadi dan memutuskan penyebab kematian Saget sebagai trauma kepala akibat benda tumpul.
Saksi-saksi itu telah diwawancarai oleh petugas Brian Meadows, setelah percakapannya dengan kepala pemeriksa medis Joshua Stephany. Menurut Meadows, Stephany tidak dapat menyatakan secara pasti kapan luka di kepala Saget terjadi, tetapi dia yakin itu mungkin dalam beberapa jam setelah kematiannya, mungkin dalam satu atau dua hari, tergantung pada beberapa faktor medis.
Stephany telah menyampaikan kepada Meadows bahwa Saget akan menunjukkan tanda-tanda signifikan apabila ada sesuatu yang salah. Jadi untuk menetapkan kemungkinan kerangka waktu, Meadows melakukan serangkaian wawancara dengan orang-orang yang telah berhubungan dengan Saget pada hari-hari sebelum kematiannya.
Sebelumnya, obat-obatan atau alkohol tidak pernah disebut sebagai penyebab kematian Saget, bahkan pernyataan saksi mengkonfirmasi hal itu. Tak satu pun dari saksi ingat Saget minum alkohol sebelum pertunjukan di Ponte Vedra Concert Hall pada 8 Januari 2022 malam.
Satu-satunya minuman yang diminta Saget adalah Diet Coke, Coke, dan Red Bull, menurut Richard Stanford yang tugasnya adalah mengatur keramahtamahan, peralatan, tenaga kerja untuk pemasangan/pembongkaran dan apa pun yang diperlukan untuk pertunjukan. Elizabeth Glascow, yang bekerja sebagai manajer bisnis untuk Divisi Acara Budaya Daerah St John mengamati Saget saat dia bersiap-siap untuk pertunjukan selama sekitar 20 menit saat dia tampil dan pergi.
Kepada polisi, Glascow menyatakan bahwa Saget tidak pernah tampak mabuk atau semacamnya. Setelah pertunjukan, Saget sempat duduk-duduk mungkin sekitar 1,5 jam. Menurut Glascow, kontrak untuk Saget tidak meminta disediakannya alkohol. Kontak hanya menyebut untuk memberi Diet Coke dan jenis Red Bull tertentu.
Sementara itu, Rosalie Ann Cocci melakukan interaksi minimal dengan Saget. Dia menonton sekitar 30 menit pertunjukan dan mengatakan kepada Kantor Sheriff Orange County bahwa Saget tidak berkeringat, tidak gagap, bahasanya tidak bertele-tele, dan tidak ada yang tidak jelas.
"Dia tampil sangat energik, sangat menghibur penonton," kata Cocci selama wawancara.
Cocci mencatat bahwa Saget mengatakan kepadanya bahwa dia pulih dari long Covid. Pihak penyelenggara mengklaim bahwa Saget mengungkapkan sakit pada malam sebelumnya.
"Sakit dalam arti pendengarannya terganggu. Dia mengatakan bahwa dia sakit tenggorokan. Bahwa dia senang bahwa dia memiliki pelega tenggorokan untuk tampil," ujar Cocci.
Menurut Cocci, Saget tampak baik-baik saja. Namun, dia mendengar Saget sempat mengatakan bahwa dia tidak enak badan.
"Saya tidak enak badan, tapi saya siap untuk tampil," kata Cocci menirukan Saget.
Stanford mengingat pemikiran Saget yang membingungkan saat keduanya berinteraksi setelah pertunjukan. Akan tetapi, dia menghubungkannya dengan Saget sebagai seorang komedian.
"Saya tidak tahu apakah dia tersandung kata-kata," jawabnya ketika ditanya apakah Saget kesulitan berbicara. "Alur pemikirannya baru saja berubah beberapa kali. Kami akan berbicara tentang sebuah cerita dan kemudian tiba-tiba dia mengemukakan bagian lain," kata Stanford.
Stanford tidak melihat gangguan fisik dari Saget. "Saya tidak pernah berpikir ada yang salah. Dia mengobrol dengan semua orang. Dia bersenang-senang berbicara dengan semua orang,” ujar Stanford.