REPUBLIKA.CO.ID, CROWN POINT — Laporan peningkatan kasus diabetes selama pandemi membuat para ilmuwan mengeksplorasi kemungkinan korelasinya dengan Covid-19. Bukti yang muncul menunjukkan virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) dapat menyerang sel penghasil insulin di pankreas, sebuah proses yang mungkin memicu diabetes pada orang yang rentan.
Kondisi Nolan Balcitis (12 tahun) asal Crown Point, Indiana, Amerika Serikat yang didiagnosis menderita diabetes tipe 1 enam bulan setelah kasus ringan Covid-19 menjadi salah satu bahan studi kasus. Orang tuanya, Tabitha dan Bryan Balcitis, awalnya mengira penurunan berat badan putra mereka termasuk faktor pertumbuhan.
Akan tetapi, kegelisahan dan kelesuan yang ditunjukan Nolan membuat mereka semakin khawatir. Hasil tes pun menunjukkan kadar gula darahnya berada di luar grafik.
Ibu Nolan yang juga seorang terapis pernapasan menjadi bertanya-tanya, mungkinkah diabetes Nolan ada hubungannya dengan Covid-19? Terlebih, tidak adanya faktor riwayat keluarga atau genetik pada anandanya.
Para ilmuwan di AS dan tempat lainnya juga punya pertanyaan serupa. Bukti yang muncul menunjukkan bahwa virus corona, seperti beberapa virus lainnya, dapat menyerang sel penghasil insulin di pankreas. Itu adalah sebuah proses yang mungkin memicu setidaknya diabetes sementara pada orang yang rentan.
Kasus yang meningkat mungkin juga mencerminkan keadaan yang melibatkan pembatasan pandemi, termasuk perawatan medis yang tertunda untuk tanda-tanda awal diabetes. Kebiasaan makan yang tidak sehat dan tidak aktif pada orang yang sudah berisiko terkena diabetes tipe 2 juga dapat menjadi penyebabnya.
Laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melihat dua database asuransi besar AS yang mencakup kasus diabetes baru dari Maret 2020 hingga Juni 2021. Diabetes secara substansial lebih umum pada anak-anak yang menderita Covid-19.
Laporan tersebut tidak membedakan antara diabetes tipe 1 yang biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan tipe 2, jenis yang terkait dengan obesitas. Tingkat kedua jenis diabetes telah meningkat pada anak-anak AS dalam beberapa tahun terakhir. Laporan dari Eropa dan beberapa rumah sakit AS menunjukkan kecepatannya mungkin meningkat selama pandemi.
"Saya pikir kita semua sedikit khawatir," kata dr Inas Thomas, seorang spesialis di Mott Children’s Hospital, University of Michigan, seperti dikutip dari AP, Kamis (27/3/2022).