Selasa 01 Mar 2022 14:38 WIB

Studi: Kualitas Tidur Berkurang Seiring Bertambahnya Usia

Padahal, kualitas tidur seharusnya bertambah seiring dengan bertambahnya usia.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Kualitas yang buruk dan atau kurang tidur dapat meningkatkan risiko gagal jantung, depresi, diabetes, hingga tekanan darah tinggi.
Foto: www.freepik.com.
Kualitas yang buruk dan atau kurang tidur dapat meningkatkan risiko gagal jantung, depresi, diabetes, hingga tekanan darah tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umumnya, obat tidur diresepkan untuk pengobatan insomnia, tetapi tidak efektif pada semua pasien. Kualitas yang buruk dan atau kurang tidur dapat meningkatkan risiko gagal jantung, depresi, diabetes, hingga tekanan darah tinggi.

Semua dokter merekomendasikan siklus tidur yang teratur. Dengan kata lain, pergi tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari atau idealnya tidur delapan jam semalam. 

Baca Juga

“Anjuran ini bahkan lebih valid seiring bertambahnya usia, karena "lebih dari separuh orang di atas 65 tahun mengeluh tentang kualitas tidur mereka," kata Luis de Lecea, seorang profesor Stanford University dan rekan penulis studi yang diterbitkan dalam jurnal Science, seperti dilansir dari Gilmore Health, Selasa (1/3/2022).

Para peneliti ingin memahami mengapa kualitas tidur menurun seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, mereka mempelajari sirkuit otak yang terlibat dalam tidur pada tikus dan bagaimana memburuk seiring bertambahnya usia.

Hypocretins adalah neuron yang terkait dengan kualitas tidur. Para peneliti lebih khusus tertarik pada neuron hypocretin. Hanya ada antara 50.000 hingga 80.000 neuron ini di otak manusia. 

Hipokretin terkait dengan kualitas tidur. Jelas, semakin banyak yang dimiliki, semakin baik pula seseorang dalam tidurnya, begitu juga sebaliknya.

Ternyata ada lebih sedikit neuron hipokretin seiring bertambahnya usia. Para ilmuwan melakukan eksperimen mereka dengan tikus dari berbagai usia, muda, dari tiga hingga lima bulan. Lalu usia dari 18 hingga 22 bulan. 

Tujuannya adalah untuk menganalisis hipokretin mereka sebagai fungsi usia dan merangsang untuk melihat efeknya pada kualitas tidur mereka. Untuk merangsangnya, peneliti memanfaatkan cahaya. Hasilnya, tikus antara 18 dan 22 bulan telah kehilangan 38 persen hipokretin dibandingkan dengan tikus muda. Hal ini menyiratkan bahwa stimulasi dan usia mengurangi jumlah neuron ini.

Di sisi lain, para peneliti juga menemukan bahwa sisa hipokretin pada tikus yang lebih tua, lebih mudah diaktifkan ketika dirangsang. Ini bisa menjelaskan penurunan kualitas tidur. 

"Neuron menjadi lebih aktif dan lebih aktif, dan ketika ini terjadi, Anda lebih sering bangun," kata Luis de Lecea.

Menurut penulis studi, dengan lebih memahami mekanisme neurologis tidur, penelitian ini dapat mengarah pada pengembangan pengobatan baru yang lebih bertarget untuk orang yang menderita gangguan tidur. Dalam jangka panjang, penelitian ini dapat mengarah pada terobosan besar, terutama karena obat-obatan saat ini, termasuk obat tidur, dapat menyebabkan kesulitan kognitif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement