REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa rutinitasmu sebelum tidur? Minum segelas susu, membersihkan gigi, merapikan tempat tidur?
Banyak studi mencoba melihat perilaku kebiasaan sebelum tidur. Tapi sampai sekarang para peneliti belum mengetahui mekanisme neurobiologis yang diaktifkan oleh rutinitas pra-tidur ini.
Melalui serangkaian percobaan tikus yang kuat, sebuah studi baru dari para peneliti di University of Michigan telah menjelaskan apa yang terjadi di otak sebelum tidur. Temuan ini menawarkan pengetahuan baru ke bagian otak yang memicu timbulnya tidur.
"Bagaimana transisi hewan dari ketika terjaga (keadaan aktif yang melibatkan respons dan interaksi dengan lingkungan) ke tidur (keadaan diam yang menampilkan berkurangnya respons terhadap lingkungan), pola osilasi otak yang khas, dan perubahan dalam banyak proses fisiologis?," ungkap para peneliti, dilansir dari laman newatlas, Kamis (24/2/2022).
Untuk mengeksplorasi pertanyaan itu, mereka menyelidiki aktivitas saraf pada tikus dalam 20 menit sebelum mereka tertidur. Selain mengonfirmasikan bahwa tidur secara langsung terhubung dengan perilaku pra-tidur, temuan ini adalah yang pertama menunjukkan dengan tepat bagian otak mana yang diaktifkan oleh hal itu.
Penelitian ini berpusat pada kelompok neuron tertentu di wilayah otak yang disebut hipotalamus lateral, yang merupakan bagian dari otak yang diketahui mempengaruhi berbagai proses dalam tubuh. Mulai dari mengatur perilaku makan hingga memediasi gairah umum.
“Kami mengidentifikasi proyeksi luas dan sebagian besar ansambel neuron glutamatergik di hipotalamus lateral, yang mengatur motivasi untuk terlibat dalam perilaku membangun sarang sebelum tidur dan intensitas tidur,” ucap para peneliti menyimpulkan.
Studi baru ini menghipotesiskan hubungan antara rangkaian saraf ini di hipotalamus lateral dan daerah lain di otak, yang diketahui mengatur tidur. Gagasan saat ini yang diusulkan oleh temuan baru adalah bahwa perilaku pra-tidur, memainkan peran penting dalam mengaktifkan daerah otak yang memulai transisi antara terjaga dan tidur.
Selain menawarkan wawasan baru ke dalam proses neurologis yang mendahului tidur, para peneliti menunjukkan temuan ini dapat menginformasikan terapi masa depan. Memahami dengan tepat bagaimana otak kita mempersiapkan kita untuk tidur, dapat membantu pengembangan pengobatan baru untuk penderita insomnia di seluruh dunia.