Selasa 22 Feb 2022 18:00 WIB

Terapi Target Perbesar Usia Harapan Hidup Penderita Limfoma Hodgkin

Limfoma Hodgkin merupakan kanker yang menyerang kelenjar getah bening.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
 Petenis putri asal Spanyol Carla Suarez Navarro didiagnosis kanker limfoma Hodgkin.
Foto: EPA-EFE/MARCIAL GUILLEN
Petenis putri asal Spanyol Carla Suarez Navarro didiagnosis kanker limfoma Hodgkin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petenis putri asal Spanyol Carla Suarez Navarro termasuk salah satu tokoh terkenal yang menderita limfoma Hodgkin, yakni kanker yang menyerang kelenjar getah bening. Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.188 kasus limfoma Hodgkin di Indonesia.

Konsultan hematologi dan onkologi Medik, dr Johan Kurnianda SpPD, mengatakan, sebelum melakukan pengobatan, penting untuk mengetahui seberapa jauh sel kanker telah menyebar. Proses ini disebut penentuan stadium (staging). Terdapat empat stadium pada limfoma Hodgkin.

Baca Juga

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan limfoma Hodgkin di antaranya kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi. Dr Johan menjelaskan, pengobatan inovatif seperti terapi target dapat menjadi pilihan pengobatan.

Brentuximab vedotin merupakan terapi target yang terdiri dari gabungan antibodi monoklonal dan MMAE. Antibodi monoklonal ini hanya menargetkan sel kanker yang memiliki CD30 pada permukaannya.

MMAE merupakan zat penghancur sel kanker. Pada penelitian yang melibatkan 102 pasien limfoma Hodgkin dari berbagai negara, terapi target menggunakan brentuximab vedotin diberikan kepada pasien yang sudah tidak merespons terhadap kemoterapi dan stem cell transplant.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi target dapat memberikan angka harapan hidup hingga 40,5 bulan," jelas dr Johan dalam diskusi media bertajuk "Limfoma Hodgkin: dari Tantangan Menuju Harapan", dikutip Selasa (22/2/2022).

Setelah pengobatan selesai, pasien perlu menjalani kontrol berkala dalam lima tahun pertama setiap tiga sampai enam bulan selama satu sampai dua tahun. Setelah itu, pasien masih harus kontrol setiap enam sampai 12 bulan sampai tiga tahun dan selanjutnya setiap satu tahun sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement