REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa hidupnya, aktris Ria Irawan berjuang melawan kanker getah bening alias limfoma. Salah satu gejala limfoma adalah adanya benjolan, terutama pada bagian leher.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof Dr dr Aru Sudoyo SpPD-KHOM menjelaskan, kanker getah bening termasuk kanker 10 besar yang paling sering terjadi di Indonesia. Hanya saja, Indonesia belum memiliki data yang baik.
Menurut Aru, penyebab kanker tidak ada satu yang pasti. Faktor lingkungan juga gaya hidup turut memengaruhi.
"Sebanyak 90 persen faktor risiko kanker itu dari lingkungan dan gaya hiduo, apalagi merokok akan melipatgandakan kemungkinan mendapatkan kanker," ujarnya kepada Republika.co.id.
Limfoma bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Salah satu gejalanya adalah menonjolnya kelenjar getah bening. Gejala tersebut diiringi dengan demam.
Sementara itu, Prof dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH menjelaskan, limfoma termasuk penyakit kanker darah (blood cancer). Kanker darah terbagi menjadi tiga, yaitu leukemia, limfoma dan myeloma.
Leukemia menyerang sumsum tulang, limfoma menyerang kelenjar getah bening, dan myeloma menyerang sel plasma. Ari menjelaskan, limfoma juga menyerang almarhum ustaz Arifin Ilham.
Ari mengungkapkan, orang dengan limfoma biasanya juga datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher, ketiak, atau selangkangan. Pada pemeriksaan USG abdomen terkadang ditemukan adanya pembengkakan kelenjar getah bening.
"Pasien dengan limfoma umumnya mempunyai keluhan berat badan turun, demam tidak terlalu tinggi, dan keringat malam. Gejala umum seperti ini juga bisa ditemukan pada infeksi tuberkulosis," jelas Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Ari menyerukan agar siapapun yang mempunyai gejala adanya benjolan di leher, selangkangan, atau ketiak, untuk konsultasi ke dokter untuk memastikan penyebab benjolan tersebut. Benjolan terjadi karena pembengkakan kelenjar getah bening.
Benjolan bisa disebabkan oleh infeksi akut. Biasanya, kalau di selangkangan disebut sekelan.
"Hal ini terjadi karena adanya infeksi kulit di kaki seperti bisul," jelasnya.
Benjolan juga bisa disebabkan oleh radang kronis misal karena TBC kelenjar atau karena tumor kelenjar getah bening atau limfoma. Dokter akan melakukan pemeriksaan saksama atas benjolan tersebut.
"Kalau karena infeksi akut, terapi infeksi kulit misalnya dengan antibiotika dapat mengecilkan benjolan," kata Ari.
Jika benjolan keras, menurut Ari, dokter dapat mencurigainya sebagai limfoma. Jika belum yakin, dokter akan minta dilakukan USG pada benjolan tersebut.
Setelah menegakkan diagnosis benjolan adalah kelenjar getah bening, dokter akan merujuk pasien ke dokter bedah untuk biopsi dan evaluasi penyebab benjolan tersebut. Jika ditemukan sel kanker, akan dilakukan evaluasi secara patologi anatomi untuk melihat jenis linfoma.
"Secara umum pasien juga diminta utk periksa USG abdomen atau CT scan atau PET Scan guna melihat penyebaran limfoma di tempat lain," tutur Ari.
Limfoma juga bisa ditemukan pada saluran cerna ditemukan saat dilakukan endoskopi. Pada skrining USG abdomen ditemukan pada kelenjar bening di sekitar pembuluh darah besar di perut.
"Jika sudah ada kepastian limfoma dan jenisnya, dokter akan melakukan kemoterapi," ungkap Ari.
Kemoterapi awal biasanya sebanyak enam kali. Jika setelah kemoterapi, tumor mengecil atau hilang, maka dikatakan bahwa penyakitnya remisi.
"Akan tetapi, bisa saja sewaktu-waktu terjadi relaps atau kambuh," kata Ari.