Senin 05 Feb 2024 10:20 WIB

Mengenal Limfoma Hodgkin di Hari Kanker Sedunia

Limfoma Hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah.

Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen.
Foto: Dok. www.freepik.com
Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker merupakan salah satu tantangan kesehatan global yang memerlukan perhatian serius, di mana kanker menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Terhitung hampir 10 juta kematian pada 2020, atau hampir satu dari enam kematian. 

Di 2020, kasus kanker yang paling umum ditemui adalah kanker payudara (2,26 juta), paru-paru (2,21 juta), usus besar dan rectum (1,93 juta), prostat (1,41 juta), kulit/non-melanoma (1,2 juta), dan kanker perut (1,09 juta). Prof Dr Dr dr Ikhwan Rinaldi, selaku Ketua POI Jaya, memaparkan, kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi.

Baca Juga

Secara global saja, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak, dengan hampir 10 juta orang meninggal setiap tahunnya. Dalam rangka Hari Kanker Sedunia yang diperingati pada 4 Februari setiap tahunnya, Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) melangsungkan serangkaian kegiatan “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’” dengan puncak acara dilakukan pada 4 Februari 2024. 

photo
 
Infografis Hal Pemicu Kanker - (republika.co.id)

Untuk itu, POI Jaya secara berkelanjutan melakukan edukasi dan peningkatan kesadaran terkait penyakit kanker kepada masyarakat. Seperti yang dilaksanakan tahun ini, di mana kami bekerja sama dengan berbagai mitra dalam mengangkat tema ‘Hope, Faith, Love’ (‘Harapan, Keyakinan, Cinta’), tiga hal yang sangat krusial bagi para pasien kanker dan keluarganya.

Ikhwan menambahkan, dari sekian banyak kanker, limfoma Hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah. “Kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu kanker yang tingkat diagnosisnya masih rendah. Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut,” kata dia. 

Limfoma Hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari siste m kekebalan tubuh. Menurut data Globocan 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus. 

Dr Eva Susanti SKp M Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak MenularKementerian Kesehatan RI menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh POI Jaya. “Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen. Apalagi saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan. Untuk itu, Masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini,” sambung Eva.

Ia menjelaskan, ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di antaranya, infeksi virus Epstein-Barr. Satu dari 1.000 orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena limfoma Hodgkin. Selain itu, ada pula faktor sistem imun. 

Risiko meningkat pada orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun. Kemudian, ada pula faktor riwayat keluarga.

Menurut Ikhwan, gejala yang ditimbulkan dari penyakit kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai, yaitu, muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha; terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38 derajat celcius ttanpa penyebab yang jelas, berkeringat berlebihan pada malam hari, turun berat badan lebih dari 10 persen dalam enam bulan berturut-turut.

“Untuk itu, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30 persen. Jadi, semakin dini limfoma Hodgkin dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, dan semakin tepat sasaran pengobatan yang diberikan,” lanjut Ikhwan.

Di kesempatan yang sama, Head of Patient Value Access PT Takeda Indonesia, Shinta Caroline menjelaskan, pihaknya berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk POI dan Kementerian Kesehatan RI, dalam memastikan akses obat-obatan dan vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN. 

“Kami juga berharap dapat mendorong deteksi dini dari masyarakat dan memberikan harapan kepada pasien untuk kehidupan yang lebih berkualitas,” jelas Shinta. Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam lima tahun setelah terdiagnosis adalah 89 persen. 

Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional. Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement