Rabu 12 Jan 2022 22:04 WIB

2023, Penyakit Lever Diprediksi Bertambah 2.800 Kasus di AS

Tambahan kasus sakit lever terjadi karena konsumsi alkohol selama pandemi tinggi.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
Tambahan kasus sakit lever terjadi karena konsumsi alkohol selama pandemi tinggi.
Foto: www.freepik.com.
Tambahan kasus sakit lever terjadi karena konsumsi alkohol selama pandemi tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan konsumsi alkohol selama pandemi Covid-19 terjadi dalam hampir dua tahun terakhir di dunia dilaporkan. Hal ini menimbulkan risiko kematian akibat penyakit hati. 

Dilansir Fox News, Rabu (12/1/2022), selama pandemi Covid-19, diprediksi ada 2.800 kasus tambahan sakit lever dan 100 kematian terkait penyakit ini pada 2023. Tim peneliti yang dipimpin oleh penyelidik di Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH) mengatakan bahwa peningkatan konsumsi alkohol selama satu tahun selama pandemi akan mengakibatkan 8.000 kematian tambahan akibat penyakit hati terkait alkohol. 

Baca Juga

Para peneliti juga memproyeksikan 18.700 kasus gagal hati dan 1.000 kasus kanker hati pada 2040. Studi memproyeksikan tingkat penyakit hati dan kematian terkait dengan peningkatan konsumsi alkkohol selama pandemi Covid-19. 

"Hepatitis alkoholik telah menjadi perawatan hati nomor satu di rumah sakit sejak Covid-19 menyebabkan begitu banyak isolasi," ujar Douglas Dieterich, seorang profesor kedokteran dan spesialis penyakit hati di Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York.

Para peneliti mensimulasikan tren penyakit hati dan peningkatan konsumsi alkohol di kalangan orang dewasa di Amerika Serikat (AS) dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari survei nasional orang dewasa mengenai kebiasaan minum mereka. Dari sana, terlihat bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan meningkat sebesar 21 persen selama pandemi Covid-19. 

Penulis studi membandingkan hasil tersebut, dengan skenario kontra-faktual di mana tidak ada perubahan pola minum dan tidak ada COVID-19 yang terjadi, menurut penelitian tersebut. Tim peneliti menemukan bahwa peningkatan berkelanjutan dalam minum selama lebih dari satu tahun dapat mengakibatkan kematian tambahan 19-35 persen.

Penulis senior studi, Jagpreet Chhatwal, yang juga merupakan direktur asosiasi Institut Penilaian Teknologi MGH dan asisten profesor radiologi di Harvard Medical School, mengatakan, temuan menyoroti perlunya individu dan pembuat kebijakan untuk membuat keputusan yang tepat guna mengurangi dampak minum alkohol berisiko tinggi selama pandemi di AS.

Sementara, penulis utama Jovan Julien, seorang analis data di MGH Institute for Technology Assessment mengatakan diharapkan penelitian ini dapat membantu menanggapi banyak perubahan perilaku dan pilihan yang memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang pada kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement