REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan berusia 45 tahun mengalami kerusakan lever. Penyebabnya ditengarai adalah konsumsi suplemen minuman herbal. Selama ini, produk herbal dalam bentuk teh suplemen dan kapsul terbukti punya efek samping berbahaya, berupa reaksi toksik di lever.
Kasus itu termuat dalam laporan yang diterbitkan Cureus Journal of Medical Science. Pasien yang menerima pengobatan untuk hipotiroidisme (kondisi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid) itu melaporkan nyeri epigastrium (area ulu hati) dan mual yang parah.
Pasien yang tak disebutkan namanya itu diketahui tidak minum alkohol, tak menggunakan narkoba, juga tidak melakukan perjalanan baru-baru ini serta tak ada riwayat transfusi darah sebelum gejala muncul. Namun, ternyata sang pasien minum suplemen teh herbal tiga hari sebelum mengalami gejala, dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
“Gejalanya hilang setelah penghentian (konsumsi suplemen herbal),” ujar para penulis.
Menurut laporan tersebut, suplemen teh tersebut mengandung 23 bahan, termasuk jamur reishi, lidah buaya, dan ginseng Siberia. Ketiga bahan tersebut telah dikaitkan dengan kasus cedera lever dalam penelitian sebelumnya. Ada 12 laporan kasus lain sejak 2005 yang menunjukkan kaitan lidah buaya dan cedera liver.
Sejak 2004, sederet studi telah mengidentifikasi beberapa kasus kerusakan lever pada pasien yang memakai formulasi jamur reishi. Penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Clinical Pharmacology pada 2020 juga menunjukkan bahwa ginseng dapat menghambat berbagai sitokrom (kelompok enzim), yang terlibat dalam metabolisme obat.
Masalah dengan konsumsi suplemen herbal itu disinyalir terkait dengan terbentuknya metabolit toksik yang merusak sel hidup saat tertelan. Akibatnya, lever bisa menjadi rusak, bahkan berhenti berfungsi. Itu sebabnya terjadi gagal lever dalam beberapa kasus.
Para peneliti menyarankan dokter atau profesional medis lain melakukan penyelidikan efektif terhadap ramuan atau suplemen yang mungkin dikonsumsi pasien selama pengobatan. "Sangat penting bagi dokter untuk membiasakan diri dengan suplemen herbal untuk menanyakan penggunaannya kepada pasien dan mengedukasi mereka tentang potensi efek samping," kata peneliti.
Suplemen herbal banyak digunakan sebagai alternatif untuk obat yang diresepkan. Aneka klaim kesehatan memikat konsumen global yang mencari pemulihan cepat atau upaya meningkatkan kesehatan. Namun, suplemen tidak dikategorikan sebagai obat.
Akibatnya, produk suplemen herbal dikecualikan dari peraturan obat yang dijual di lingkungan farmasi. Pedoman WebMD menyarankan untuk berhati-hati saat menggunakan suplemen yang mengandung sejumlah bahan herbal.
Bahan-bahan itu, antara lain lidah buaya, cohosh hitam, cascara, chaparral, comfrey, ephedra, dan kava-kava. Jika pasien sedang dalam pengobatan tertentu, disarankan selalu berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum mengonsumsi vitamin dan suplemen apa pun, dikutip dari laman Express, Kamis (16/2/2023).