Rabu 29 Dec 2021 09:22 WIB

Konsumsi Rokok dan Alkohol Naik Selama Pandemi, Stres dan Bosan Jadi Pemicu

Tidak ada jumlah alkohol atau rokok yang secara pasti aman untuk dikonsumsi.

Manfaat jika tidak minum alkohol (ilustrasi).
Foto:

Sarah Jackson, ilmuwan peneliti perilaku di University College London dan penulis utama studi Addiction, mengatakan bahwa memang ada beberapa perokok yang menggunakan momen lockdown pertama untuk berhenti. Akan tetapi, pada banyak orang lainnya, stres memicu mereka untuk lebih banyak merokok dan meminum alkohol.

"Lockdown pertama juga merupakan periode stres besar bagi banyak orang dan kami melihat tingkat merokok dan minuman beralkohol meningkat di antara kelompok-kelompok yang paling terpukul oleh pandemi," kata Jackson dalam sebuah siaran pers.

Dampak jangka panjang konsumsi alkohol

Seiring waktu, asupan alkohol berlebihan dapat menyebabkan perkembangan penyakit kronis dan masalah kesehatan lain seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, strok, dan penyakit liver. Konsumsi alkohol yang berlebihan melemahkan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan masalah kesehatan mental dan kanker.

Selain itu, kebiasaan ini juga merupakan faktor risiko kekerasan dalam rumah tangga, yang meningkat di beberapa rumah saat negara-negara memberlakukan lockdown.

Meskipun beberapa penelitian menemukan bahwa konsumsi alkohol yang lebih moderat mungkin dapat membawa manfaat kesehatan, penelitian terbaru menemukan bahwa tidak ada jumlah alkohol yang secara pasti aman untuk dikonsumsi. 

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa asupan alkohol moderat dikaitkan dengan penurunan risiko kardiovaskular dibandingkan dengan para peminum berat atau orang yang sama sekali tidak mengonsumsi alkohol. Para peneliti dari Oxford University, Peking University, dan Chinese Academy of Medical Sciences juga ingin melihat apakah ada hubungan sebab akibat antara dua faktor ini.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal The Lancet pada April 2019, para ilmuwan mewawancarai dan mengikuti perkembangan 500.000 orang di Asia Timur selama 10 tahun. Pada populasi penelitian di Asia Timur, ada varian genetik umum yang sangat mengurangi toleransi alkohol.

Ini berarti mereka mengonsumsi lebih sedikit alkohol. Namun, varian genetik ini tidak terkait dengan faktor gaya hidup lain seperti merokok.

Para ilmuwan menemukan bahwa orang-orang dengan varian genetik ini mengalami penurunan asupan alkohol dan mengalami penurunan tekanan darah dan risiko stroke. Para peneliti pun menyimpulkan bahwa alkohol meningkatkan risiko terkena strok sekitar 35 persen untuk setiap empat minuman tambahan per hari. Namun, mereka tidak menemukan efek perlindungan dari meminum alkohol dalam jumlah ringan atau moderat.

"Tidak ada level 'aman' merokok atau minum, dan berhenti merokok atau mengurangi minum akan membantu mengurangi risiko kanker," kata Michelle Mitchell, kepala eksekutif Cancer Research UK, yang mendanai studi Addiction di Inggris. 

 

sumber: https://www.dw.com/id/konsumsi-rokok-dan-alkohol-selama-pandemi-corona/a-60273770

 

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement