REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging merah yang merupakan bahan utama sajian steak diketahui kaya akan protein dan mengandung berbagai macam vitamin dan mineral. Akan tetapi, banyak studi yang menghubungkan asupan daging merah yang tinggi dengan masalah kesehatan.
Perdebatan mengenai sajian steak juga terlihat dari berbagai tren diet populer. Sebagian tren diet mengusung steak sebagai sajian yang baik dikonsumsi, namun sebagian lainnya memiliki pandangan berbeda.
Menurut Cleveland Clinic, baik atau buruknya sajian steak sangat bergantung pada dari mana steak didapatkan dan seberapa sering steak dikonsumsi. Beberapa studi memang menunjukkan bahwa daging merah dan daging olahan seperti sosis tidak baik bagi kesehatan. Akan tetapi, bukan berarti daging merah sama sekali tak bisa dikonsumsi secara sehat.
Daging merah diketahui memiliki beragam zat gizi, mulai dari protein hingga beragam vitamin dan mineral seperti vitamin B3, B12, B6, zinc, dan selenium. Daging merah juga merupakan sumber zat besi yang baik. Daging merah juga dikenal mengandung asam lemak omega 3 yang penting bagi kesehatan sistem endokrin, pembuluh darah, jantung, sistem imun, dan paru-paru.
"Zat besi penting bagi transportasi dan penyimpanan oksigen di dalam tubuh, pembentukan sel darah merah dan pembuluh darah, produksi energi untuk aktivitas durasi pendek intensitas tinggi, metabolisme obat, dan pembuatan protein," ungkap pelatih gizi dari Innovative Fitness Sean Allt, seperti dilansir dari laman Health Digest, Sabtu (18/12).
Bila ingin menyantap daging merah secara sehat, ahli gizi Julia Zumpano menganjurkan potongan daging yang paling tidak berlemak. Selain itu, jumlah daging merah yang dikonsumsi pun perlu dibatasi atau tidak berlebihan.
Di antara semua opsi potongan daging merah, potongan daging yang biasa diolah menjadi steak dianggap yang paling sehat. Terlebih, bila potongan steak yang digunakan adalah potongan tak berlemak seperti flank, round, sirloin, tenderloin, dan ball tip. Potongan-potongan ini tak hanya minim lemak, tetapi juga memiliki kalori yang lebih rendah.
Yang kerap menjadi masalah dari sajian steak adalah kandungan lemak jenuhnya. Oleh karena itu, konsumsi steak perlu dibatasi agar asupan lemak jenuh tidak berlebih. Konsumsi steak sebaiknya dibatasi kurang dari enam ons berat daging non olahan per pekan. Batasan ini dinilai aman dan tidak meningkatkan risiko penyakit jantung.
Memilih sumber daging yang tepat juga dapat mengoptimalkan nilai gizi dalam sajian steak. Sebagai contoh, daging merah dari sapi yang mendapatkan pakan rumput memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang lebih besar dibandingkan jenis lainnya. Oleh karena itu, akan lebih baik memilih jenis daging seperti ini saat mengolah steak.