REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idul Fitri adalah momen yang dinanti bagi umat Islam setelah berpuasa sebulan penuh. Salah satu tradisi saat Idul Fitri adalah makan ketupat dan aneka daging.
Beberapa orang percaya konsumsi daging merah dapat menjadi silent killer yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker, terutama kanker pankreas. Sementara yang lain berpendapat hal ini hanya mitos belaka.
Medical Underwriter Sequis dr Debora Aloina Ita Tarigan mengatakan, daging merah mengandung protein tinggi, zat besi, seng, dan vitamin B12 yang esensial untuk tubuh. Daging merah bisa tetap dikonsumsi, tetapi perhatikan cara mengolahnya, yakni ketika dimasak jangan terlalu matang atau gosong.
"Pertimbangkan juga porsi makannya agar tidak terlalu sering dan tidak berlebihan," kata Debora melalui keterangan tulis, Selasa (9/4/2024).
Soal daging dibakar menggunakan arang apakah dapat memicu kanker, Debora mengungkapkan, jika daging dipanasi terlalu lama hingga gosong maka zat pada daging berubah menjadi zat yang bersifat karsinogenik. Adapun karsinogen merupakan zat yang dapat menyebabkan kanker dengan cara mempengaruhi gen atau merusak sel-sel normal menjadi sel kanker.
Hindari penggorengan yang berlebihan atau penggunaan minyak berlebih sebab berpotensi menambah kalori dan lemak. Ketika ada lemak berlebih pada daging, bisa dipotong atau dibuang untuk mengurangi asupan lemak jenuh yang tidak sehat.
"Jika memungkinkan, pilihlah daging merah tanpa lemak. Kemudian, hindari membakar, mengasinkan, dan mengawetkan daging," ujarnya.
Debora menyarankan sebaiknya ketika memasak daging merah pilih cara pengolahan yang sehat, seperti direbus atau dipanggang dengan sedikit minyak. Kemudian dikonsumsi bersama sayuran segar, seperti brokoli, wortel, kubis, dan bayam yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral penting.
Beberapa penelitian menunjukkan ada keterkaitan antara konsumsi daging merah yang berlebihan dengan meningkatnya risiko kanker tertentu, seperti kanker usus besar. Namun, kita tetap perlu waspada karena risiko kesehatan secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup dan genetika.