REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Adysha Citra Ramadani, Desy Susilawati
Tak semua serangan jantung muncul dengan gejala yang berat dan mudah dikenali. Faktanya, sekitar setengah dari kasus serangan jantung justru salah dikenali sebagai masalah kesehatan lain yang tidak begitu serius, terlebih untuk kasus serangan jantung diam-diam atau silent myocardial infarction (SMI).
Sekitar 45 persen dari serangan jantung merupakan SMI. Meski bisa dialami perempuan, SMI lebih sering mengenai laki-laki.
Dalam kasus SMI, jarang ditemukan gejala serangan jantung yang khas seperti nyeri dada hebat, rasa seperti tertusuk di lengan, rahang, atau leher, napas pendek, hingga berkeringat. SMI bisa menunjukkan gejala yang sangat ringan dan berlangsung sangat singkat sehingga kerap dianggap sebagai gejala tak enak badan yang umum.
"Karena itu laki-laki mengabaikannya," ungkap direktur program pencegahan penyakit vaskular dari Harvard-affiliated Brigham and Women's Hospital Dr. Jorge Plutzky, seperti diansir Harvard, Rabu (15/12).
Sebagai contoh, seseorang yang mengalami SMI mungkin akan merasakan gejala kelelahan atau rasa tak nyaman di badan. Orang tersebut mungkin berpikir gejala yang mereka rasakan disebabkan oleh terlalu banyak bekerja, kurang tidur, atau karena usia.
Beberapa gejala umum SMI selain merasa lelah atau tidak enak badan adalah nyeri yang ringan di tenggorokan atau dada. Kondisi ini juga kerap disalahartikan sebagai gejala refluks lambung, masalah pencernaan, dan heartburn.
Lokasi kemunculan nyeri pada kasus SMI juga kerap disalahpahami. Pada SMI, nyeri ringan atau rasa tidak nyaman kerap terasa di area tengah dada. Hal ini sedikit berbeda dengan gejala serangan jantung yang biasanya berupa nyeri hebat di area kiri dada.
"Orang-orang bahkan bisa merasa betul-betul normal selama SMI dan setelahnya juga, yang menambah kemungkinan terabaikannya tanda-tanda peringatan," ujar Dr Plutzky.
Tak heran bila ada cukup banyak orang yang tak sadar bila mengalami SMI. Hal ini juga diungkapkan dalam studi yang dipubikasikan pada Journal of the American Medical Association. Studi ini melibatkan hampir 2.000 orang Amerika Serikat berusia 45-84 tahun yang tak mengidap penyakit kardiovaskular.
Setelah 10 tahun, 8 persen dari para partisipan tampak memiliki bekas luka miokard. Bekas luka ini lima kali lebih banyak ditemukan pada partisipan laki-laki dibandingkan perempuan.
Bekas luka miokard ini merupakan bukti bahwa serangan jantung pernah terjadi. Ironisnya, sekitar 80 persen dari partisipan yang memiliki bekas luka miokard tak sadar dengan kondisinya.
SMI maupun serangan jantung biasa memiliki faktor risiko yang sama. Faktor risiko tersebut antara lain adalah merokok, gemuk, kurang olahraga, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan diabetes.
Meski terkesan lebih ringan, SMI bisa sama berbahayanya dengan serangan jantung biasa. Alasannya, SMI kerap meninggalkan bekas luka dan merusak jantung. Bila dikombinasikan dengan fakta bahwa banyak orang yang tak sadar sedang mengalami SMI, kondisi ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung kedua.
"Dan serangan jantung yang berpotensi lebih berbahaya," pungkas Dr Plutzky.
Perlu diketahui pula bahwa orang yang pernah mengalami SMI dan tak mendapatkan pengobatan memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk mengalami kematian akibat penyakit jantung koroner. Dengan kata lain, serangan jantung diam-diam sebenarnya merupakan tanda peringatan keras bahwa ada masalah kesehatan yang sedang terjadi.
"Yang membutuhkan perhatian," pungkas Dr Plutzky.