Menurut Pillay, pasien yang menderita infeksi varian omicron juga tidak mengalami batuk terus-menerus atau kehilangan indra perasa atau penciuman, seperti gejala khas varian delta. Salah satu alasan yang membuat gejalanya berbeda bisa jadi karena perubahan cara virus berinteraksi dengan sel kekebalan.
"Banyak gejala umum penyakit, seperti demam atau pilek, terutama disebabkan oleh respons imun kita terhadap infeksi daripada akibat kerusakan langsung oleh virus atau bakteri. Perbedaan respons imun kita juga dapat menjelaskan mengapa dua individu tidak selalu mengalami gejala yang sama jika terinfeksi virus atau varian yang sama," kata Pillay.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memahami bagaimana varian omicron dapat memengaruhi diagnostik, terapi, dan vaksin. Menurut bukti awal, varian tersebut meningkatkan risiko penyintas Covid-19 untuk kembali terserang penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru itu.
Mengapa varian delta bisa lebih mendominasi?
Direktur Medis Satgas Covid-19 Colorado DispatchHealth, Stefen Ammon membandingkan virus corona versi lama serupa dengan penularan flu biasa, tetapi varian delta lebih menular dibandingkan influenza musiman, polio, cacar, ebola, flu burung. Varian delta disebutnya sama menularnya dengan cacar air.
Peningkatan transmisibilitas ini membuat delta menjadi varian dominan di seluruh dunia. Ammon menjelaskan, dalam beberapa kasus, varian delta telah mengembangkan kemampuan untuk "menghindari" kekebalan yang diberikan oleh vaksinasi, yang berarti ada lebih banyak kasus terobosan infeksi.