Rabu 01 Dec 2021 17:03 WIB

Long Covid Punya Kemiripan dengan Kelelahan Kronis

Studi terbaru temukan hubungan antara 'long covid' dan kelelahan kronis.

Studi terbaru temukan hubungan antara 'long covid' dan kelelahan kronis.
Foto:

Sebelumnya, Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan mengatakan, ada kemungkinan penderita long COVID-19 membutuhkan perawatan ulang. Perawatan dibutuhkan apabila gejala berkembang menjadi kondisi berat.

"Umumnya ringan tetapi 5 persen dikatakan ada kemungkinan menjadi progresif, menjadi berat bahkan perlu perawatan ulang karena long COVID," kata Erlina.

Erlina menuturkan, long COVID-19 adalah para penyintas COVID-19 atau orang yang sudah sembuh COVID-19. Namun, masih mengalami gejala sisa seperti batuk, sesak, rasa mudah lelah, sakit kepala, badan atau otot nyeri.

"Long COVID ini adalah para penyintas yang sudah sembuh artinya hasil PCR-nya negatif tetapi kemudian masih mengalami gejala sisa, jadi kadang-kadang masih batuk masih sesak," ujarnya.

Erlina mengatakan, sebagian besar pasien yang mendatanginya mengaku mengalami gejala kelelahan yang mana biasanya bisa berlari 1-2 Km tiap hari, namun jalan sejauh 200 meter saja sudah merasa lelah dan sesak. Erlina menuturkan, biasanya gejala-gejala long COVID-19 ditemukan pada pasien yang dirawat dengan derajat penyakit yang berat atau kritis.

 

Di samping itu, ia menuturkan badai sitokin yang menimpa para penderita COVID-19 juga menyebabkan kerusakan pada sistem organ lain, sehingga para penyintas COVID-19 butuh waktu untuk pemulihan. Fenomena long COVID-19, masing-masing orang memiliki durasi pemulihan yang berbeda, ada yang bisa pulih dalam rentang waktu 4-12 pekan. 

Ada juga yang di atas 12 pekan, bahkan enam bulan masih mengalami gejala sisa atau long COVID-19. Namun, pada sebagian besar kasus, akan kembali pulih menjadi seperti semula yang mana gejala sisa tersebut hilang sepenuhnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement