Rabu 24 Nov 2021 05:02 WIB

Penanganan Diabetes yang Tepat dengan Diet 3J

Penyandang diabetes juga harus olahraga 30 menit sehari, terapi obat minum dan suntik

Rep: Farah Noersativa/ Red: Bilal Ramadhan
Warga mengikuti pemeriksaan gula darah gratis di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (18/11). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Novo Nordisk Indonesia ini dalam rangka Hari Diabetes Sedunia.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Warga mengikuti pemeriksaan gula darah gratis di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (18/11). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Novo Nordisk Indonesia ini dalam rangka Hari Diabetes Sedunia.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling berisiko terlebih di tengah pandemi Covid-19. Dokter spesialis penyakit dalam yang juga Ketua PB Persadia, Dr dr Sony Wibisono, pun mengatakan, penyandang diabetes sangat rentang terkena infeksi virus.

"Kerentanan ini dapat dicegah dengan menjaga protokol kesehatan secara disiplin dan menjaga kondisi kesehatan. Maka dari itu penyandang diabetes berhak mendapat dukungan, tidak hanya dari diri sendiri, tetapi juga dari edukator, keluarga, dokter, dan elemen lainnya,” ujar dr Sony, seperti dalam keterangan pers dari Diabetasol yang diterima Republika, baru-baru ini.

Baca Juga

Dia juga menekankan pentingnya penanganan diabetes yang tepat. Hal itu guna mencegah terjadinya komplikasi. Penanganan itu dilakukan dengan melakukan Diet 3J.

Diet 3J adalah pola makan di mana penyandang diabetes memperhatikan 3J. Yaitu jumlah kalori yang dikonsumsi tiap hari, jadwal makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi.

“Bukan hanya itu, penyandang diabetes juga harus olahraga 30 menit sehari, terapi obat minum dan suntik, serta mendapatkan penyuluhan yang memadai,“ tutur dia.

Sementara Ketua Umum PERKENI Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD, mengatakan, kematian akibat diabetes menjadi penyebab kematian nomor 3 di dunia. Sehingga penyakit diabetes membutuhkan perhatian dari seluruh elemen masyarakat.

“Diabetes adalah bukan penyakit yang ringan, namun penyakit yang mematikan atau penyakit katastrofik.” papar Prof Ketut.

Kondisi saat ini di tengah pandemi Covid-19 menurut Prof. Ketut mengharuskan penyandang diabetes membutuhkan pelayanan kesehatan yang optimal untuk mengontrol gula darah mereka. Covid-19, kata dia, sendiri merupakan penyakit yang lebih sering menyerang pasien diabetes.

“Sehingga mereka diwajibkan dan diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin karena dapat mencegah infeksi akibat terpapar Covid-19 dan mencegah penyakit menjadi lebih parah,” kata Prof Ketut.

Berdasarkan data International Diabetes Federation pada 2020, jumlah penyandang diabetes terus meningkat di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi diabetes di Indonesia masih mencapai 6,2 persen dengan 10.681.400 kasus.

Bahkan, menurut penelitian terbaru yang dilakukan tim penanggulangan Covid-19 di Indonesia, angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi Covid-19 lebih tinggi 8,3 kali lipat daripada masyarakat yang tidak menyandang diabetes.

Kondisi pandemi dengan berbagai pembatasan aktivitas membuat kegiatan penanganan diabetes secara kolektif yang biasa dipusatkan di rumah sakit mengalami hambatan.

Selain itu, kondisi diabetesi yang ada di rumah saja membuat mereka lebih sulit mengontrol gula darah dan menjaga pola makan. Fluktuasi level gula darah bisa mengakibatkan imunitas tubuh menjadi lemah dan mudah terpapar virus.

Oleh karena itu, penting sekali untuk mencegah risiko komplikasi Covid-19 pada diabetesi dan menurunkan angka kematiannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement