Rabu 08 Sep 2021 22:03 WIB

11 Ribu Anak Divonis Kanker, Perlu Komitmen Pemeritah

Upaya mencegah kanker terhadap anak harus dilakukan serius

Upaya mencegah kanker terhadap anak harus dilakukan serius. Ilustrasi anak pengidap kanker
Foto:

Menurut Haridini, saat ini dibutuhkan sistem pencatatan data (registry kanker anak) yang baik untuk mengetahui besaran masalah dengan lebih baik sebagai dasar pembuatan kebijakan pemerintah. 

Karena itu, jelasnya, dibutuhkan pendanaan yang memadai dalam pendidikan, penelitian, dan pengembangan teknologi diagnosis dan tata laksana kanker pada anak. 

Ketua Pokja UKK Hematologi/Onkologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr Bambang Sudarmanto, SpA(K), MARS  mengungkapkan, dari sekitar 4.000 dokter anak, hanya 50 dokter anak yang memiliki keahlian dalam penanganan kanker. 

Kondisi itu, ujar Bambang, diperburuk lagi dengan penyebaran dokter yang belum merata atau hanya terpusat di Pulau Jawa. Padahal, ujarnya, jumlah penderita kanker anak jumlahnya 20 persen dari total jumlah penderita kanker. 

Sebagian besar penderita kanker anak, menurut Bambang, dapat diobati dengan kemoterapi dan sebagian dengan bedah dan radioterapi. 

Namun, tambahnya, penyebab kematian akibat kanker anak sering terjadi akibat keterlambatan diagnosa, terjadi hambatan akses fasyankes dan kasus dropout pengobatan akibat kurangnya pengetahuan. 

Juliana Hanaratri, MN dari Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI) berpendapat, dalam penanganan kasus kanker anak para perawat harus terus berupaya meningkatkan keterampilannya, sesuai standar minimal yang ditetapkan International Society of Padriatic Oncology (SIOP). 

Standar minimal tersebut, jelas Juliana, antara lain perawat kanker anak tidak disarankan terlalu sering dirotasi agar memiliki waktu yang cukup  untuk melakukan orientasi terhadap kondisi pasien, pendidikan berkelanjutan dan memperkuat team work, karena penanganan kanker anak berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.  

Ketua DPP Partai NasDem Bidang Kesehatan, Okky Asokawati berpendapat bila dilihat dari perbedaan survivor rate yang cukup besar antara negara maju (80 persen) dan negara berkembang (20 persen), bisa diartikan dengan penanganan yang lebih baik, anak bisa survive bahkan sembuh dari serangan kanker. 

 

Karena itu, tegas Okky, para pemangku kepentingan harus berlomba-lomba agar survivor rate kanker anak di Indonesia bisa seperti di negara-negara maju dengan segera memperbaiki tata kelola dan fasilitas penanganan kanker terhadap anak di Tanah Air.    

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement