REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan, mengatakan, perlu adanya edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk anak-anak penyandang diabetes, terutama diabetes tipe 1. Dia mengatakan, masih ada stigma tertentu bagi anak-anak penyandang diabetes, terutama di sekolah atau di kalangan sesama anak-anak karena mereka harus mendapatkan perawatan khusus.
Banyak juga yang berpikir, anak-anak penyandang diabetes dapat menularkan penyakitnya ke orang lain. "Tantangan terbesar, lebih pada bagaimana lingkungan harus menerima mereka (anak-anak penyandang diabetes) sebagai orang normal. Karena, mereka memiliki hak untuk melakukan dan menjadi apa saja. Ini yang utama," kata dia dalam diskusi virtual, Senin (30/8).
Prof Aman mengatakan, stigma yang terbentuk akhirnya memengaruhi pasien anak-anak dalam melihat dan menerima dirinya sendiri. Menurut dia, dengan menangani anak-anak pengidap diabetes sebagai diagnosis medis mungkin tidak sulit.
Namun, membuat mereka merasa seperti orang normal pada umumnya, ini yang lebih sulit. "Anak-anak dengan diabetes di sekolah, mereka diperlakukan berbeda dengan orang lain," ujarnya.
"Perlu diketahui, mereka bisa menjadi apa saja pada masa depan. Mereka bisa menjadi menteri kesehatan, menjadi dokter, menjadi musisi. (Stigma) Ini yang paling menantang. Sehingga, perlu lebih banyak pendidikan dan kesadaran. Mereka bisa normal, hidup normal di rumah, meskipun mereka masih anak-anak," jelas Prof Aman.
Anak-anak dan remaja tidak luput akan diabetes. Diabetes tipe 1 adalah tipe diabetes yang yang lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Namun, diabetes tipe 1 juga terkadang bisa menyerang bayi, balita, dan orang dewasa.
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh anak merusak atau menghancurkan pankreasnya sendiri sehingga fungsi pankreas menjadi terganggu. Akibatnya, anak yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan hormon insulin sama sekali. Kondisi ini bisa menyebabkan kadar gula darah meningkat dan lama kelamaan merusak organ serta jaringan tubuh.
Menurut data dari IDAI, angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia meningkat hingga lebih dari 1.000 kasus dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini.