Dr. Erlang menyebut, tingginya prevalensi kanker paru juga dibarengi dengan angka kematian kanker paru yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena sebagian besar atau lebih dari 80 persen pasien datang dengan kondisi stadium lanjut atau stadium 4.
Menurut dr. Erlang, paru adalah organ yang cukup luas, jadi jika sakitnya kecil tidak akan dirasa oleh penderita. Oleh karena itu, perlu skrining.
"Yang jadi masalah, skrining hanya dapat dilakukan di pusat pelayanan yang ada di kota-kota besar. Jadi akses terhadap pelayanan kesehatan, skrinning, pengobatan, sebagian besar hanya ada di kota-kota besar. Hal ini menjadi masalah karena tidak bisa menjangkau ke seluruh daerah perifer," kata dr. Erlang.
Setelah menjalani skrining, pasien perlu mendapatkan pengobatan. Saat ini, pengobatan memang sudah ditanggung oleh jaminan kesehatan nasional (JKN), namun ada beberapa inovasi dan pengobatan baru belum tercakup.