Senin 09 Aug 2021 16:20 WIB

Tips Merawat Gigi Anak agar tidak Berlubang

Gigi berlubang berada di urutan pertama sakit kronis gigi anak di usia sekolah.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nora Azizah
Gigi berlubang berada di urutan pertama sakit kronis gigi anak di usia sekolah.
Foto: Max Pixel
Gigi berlubang berada di urutan pertama sakit kronis gigi anak di usia sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (Unair) Tania Saskianti mengingatkan pentingnya peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut anak. Di Indonesia, kata dia, gigi berlubang atau karies gigi menduduki urutan pertama sebagai penyakit kronis yang paling banyak dialami anak usia sekolah.

Padahal, lanjut Tania, kesehatan gigi dan mulut yang terjaga dengan baik dapat menunjang aktivitas dan tumbuh kembang si kecil di kemudian hari. Ia mengatakan, gigi berlubang atau karies merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dalam rongga mulut, biasanya karena makanan manis atau asam.

Baca Juga

“Sebenarnya sejak bayi lahir itu sudah ada bakteri baik dan jahat dalam mulutnya. Namun kedua jenis bakteri ini harus seimbang agar kesehatan gigi dan mulut anak tetap terjaga,” kata fokter spesialis gigi anak di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) tersebut, Senin (9/8).

Tania mengungkapkan, untuk merawat gigi si kecil, yang paling penting adalah sikat gigi rutin sehari dua kali pada waktu yang tepat. Yaitu sebelum tidur malam dan setelah sarapan pagi. Menggosok gigi sebelum tidur, kata dia, sangat dianjurkan karena saat tidur selama delapan jam tidak terdapat air saliva (air ludah) pada mulut si kecil.

Artinya, lanjut Tania, jika bakteri tidak segera dihilangkan saat sebelum tidur, maka akan membuat rongga mulut menjadi asam dan menyebabkan gigi berlubang. “Kalau misal ingin sikat gigi di tengah-tengah dua waktu tersebut pun diperbolehkan, yang penting dua waktu itu harus dilakukan,” ujar Tania.

Tania mengingatkan, pemilihan pasta gigi bagi anak yang sudah bisa berkumur dianjurkan memakai pasta gigi yang mengandung fluoride. Sebab, kandungan fluoride dapat menguatkan gigi. Namun demikian, Tania tidak menganjurkan terlalu banyak penggunaan pasta gigi agar kandungan fluoride tidak tertelan.

Ia menjelaskan, besar penggunaan pasta gigi untuk anak 6 tahun adalah sebesar biji kedelai, dan untuk anak di atas 6 tahun sebesar biji jagung. Kemudian, untuk anak-anak yang belum bisa berkumur jangan diberikan pasta gigi yang mengandung fluoride.

“Fluoride yang masuk ke tubuh dalam jumlah banyak akan menjadi toksik. Cuma memang karena untuk pencegahan, kandungan fluoride pada pasta gigi anak itu sedikit, jadi tidak berbahaya jika sesekali tertelan,” ujarnya.

Tania melanjutkan, cara menggosok gigi yang benar yaitu tiga putaran untuk satu regio. Jika terlalu cepat maka akan menjadi tidak bersih. Sebaliknya, kata dia, jika terlalu lama akan mengakibatkan abrasi dan melukai permukaan gigi.

“Kadang pada anak mungkin belum terlihat jika terjadi abrasi, namun kalau sudah dewasa biasanya mengeluh gigi linu padahal tidak ada lubang, itu disebabkan karena durasi sikat gigi yang lama,” kata dia.

Tania mengatakan, tidak hanya gigi yang disikat, namun lidah pun juga harus disikat. Karena permukaan lidah tidak halus, terdapat papilla atau serabut kecil di sepanjang permukaan lidah, sehingga jika tidak dibersihkan sisa makanan akan menumpuk dan menyebabkan tumbuhnya jamur, bau mulut, hingga infeksi.

“Pada anak-anak yang suka minum susu itu susunya masuk ke sela-sela papilla itu. Bila tidak dibersihkan akan membuat jamur datang,” ujarnya.

Selain itu, Tania menyarankan untuk rutin memeriksakan gihi ke dokter. Ia menjelaskan, dalam enam bulan sekali dokter gigi bisa mendeteksi lubang gigi dan bakal lubang. Selain itu juga bisa mendeteksi adanya gusi merah, sariawan, serta indikasi gigi akan berdesakan. Melalui pemeriksaan rutin, bisa terdeteksi lebih dini jika terjadi gangguan maupun yang berisiko mengalami gangguan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement