Rabu 07 Jul 2021 01:25 WIB

Setelah Jamur, Kematian Jaringan Tulang Usik Penyintas Covid

Kematian jaringan tulang terjadi akibat penggunaan steroid dalam perawatan Covid.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien Covid-19 menjalani perawatan di ruang unit perawatan intensif (ICU). Penggunaan steroid menjadi dilema tersendiri dalam perawatan pasien Covid-19 mengingat risikonya dalam menimbulkan nekrosis avaskular.
Foto:

Dr Rahul Pandit, yang merupakan anggota Gugus Tugas Covid-19 pemerintah negara bagian, mengatakan bahwa dia mewaspadai kasus nekrosis avaskular. Ia memperkirakan, kasus nekrosis avaskular muncul dalam satu atau dua bulan ke depan.

"Itu karena AVN biasanya terjadi lima hingga enam bulan setelah penggunaan steroid. Puncak gelombang Covid-19 kedua kami adalah pada bulan April ketika steroid digunakan secara bebas untuk merawat pasien, jadi kami mungkin akan segera melihatnya," jelas Dr Pandit.

Di lain sisi, Dr Agarwala, yang dikenal sebagai spesialis nekrosis avaskular yang telah memelopori perawatan medis (disebut regimen bifosfonat) 20 tahun yang lalu yang digunakan di seluruh dunia, mulai melihat peningkatan. Studinya menggarisbawahi dua tren yang mengkhawatirkan, yakni penyintas Covid-19 memiliki dosis steroid ambang batas yang lebih rendah dan onset AVN yang lebih awal.

Mereka diberi kortikosteroid prednisolon dengan dosis rata-rata 758 mg, kurang dari dosis 2.000 mg yang diketahui memicu AVN. Kedua, biasanya dibutuhkan enam bulan hingga satu tahun untuk mengembangkan AVN setelah penggunaan steroid.

"Tetapi kelompok pasien kami mengembangkan AVN dini, rata-rata 58 hari setelah diagnosis mereka," kata Dr Agarwala.

Karena para pasien mencari bantuan lebih awal, mereka tidak memerlukan pembedahan, intervensi umum untuk nekrosis avaskular. Penyintas Covid-19, yang telah menggunakan steroid, dan kemudian mengalami nyeri pinggul atau paha, perlu menjalani MRI sebagai bentuk konfirmasi dalam menegakkan diagnosis AVN pinggul.  

"Jika memulai terapi bifosfonat lebih awal, mereka dapat memiliki pembalikan penyakit yang luar biasa," kata Dr Agarwala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement