REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lemak berlebih di perut berkaitan dengan beberapa penyakit seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular. Pada pria, penumpukan lemak di perut juga turut berkaitan dengan risiko kanker prostat.
Kaitan antara perut buncit atau obesitas abdominal dengan kanker prostat diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer Causes & Control pada April lalu. Studi ini dipimpin oleh lima peneliti dari Institut national de la recherche scientifique (National Institute of Scientific Research) dengan dukungan dari Canadian Cancer Society.
Sebelum studi ini dilakukan, sudah diketahui bahwa obesitas secara umum berkaitan dengan kanker prostat. Melalui studi terbaru ini, peneliti ingin mengetahui peran distribusi lemak berlebih di dalam tubuh terhadap risiko kanker.
Studi ini melibatkan lebih dari 1.900 laki-laki dewasa dengan usia tertua 75 tahun antara 2005 dan 2012. Selama studi berlangsung, peneliti mengukur lingkar pinggang dan pinggul, tinggi badan, hingga indeks massa tubuh (IMT) para partisipan.
Hasil studi menunjuklan obesitas abdominal tampak berkaitan dengan risiko yang lebih besar untuk terkena kanker prostat agresif. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa peningkatan IMT yang dialami laki-laki akan diiringi dengan peningkatan risiko kanker prostat stadium lanjut. Peneliti menambahkan, laki-laki dengan linkar pinggang sebesar 40 inci (101,6 cm) atau lebih tampak memiliki risiko yang lebih tinggi lagi terhadap kanker prostat agresif stadium lanjut.
Yang tak kalah menarik, obesitas umum tampak tak menjadi faktor penyebab kanker prostat. Akan tetapi, obesitas abdomen atau perut buncit dapat memicu terjadinya poliferasi sel-sel kanker prostat.
"Obesitas abdominal menyebabkan variasi-variqsi hormonal dan metabolik yang dapat mendorong pertumbuhan sel kanker yang bergantung pada hormon," jelas Eric Vallieres dari University of Montreal, seperti dilansir EatThis.
Menurut Vallieres, obesitas abdominal diyakini berkaitan dengan penurunan kadar hormon testosteron. Selain itu obesitas perut ini juga tampak berkaitan dengan inflamasi kronis atau jangka panjang. Kedua faktor inilah yang dinilai berperan pada kejadian tumor agresif.
Menurut Ketua Peneliti Marie-Elise Parent, temuan baru ini dapat meningkatkan peluang bagi para dokter untuk melakukan upaya pencegahan terhadap pasien-pasien mereka. Salah satunya dengan cara memantau laki-laki yang memiliki faktor risiko seperti perut buncit dengan lebih dekat. Mengenali faktor risiko dan melakukan upaya pencegahan kanker merupakan sebuah langkah yang besar.
"Karena paling sulit untuk mengobatinya," papar Parent.