Rabu 02 Jun 2021 22:25 WIB

Studi Sebut Pengaruh Olahraga Berbeda Pada Setiap Orang

Tubuh manusia berbeda-beda dalam merespons aktivitas fisik.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Tubuh manusia berbeda-beda dalam merespons aktivitas fisik.
Foto: www.freepik.com.
Tubuh manusia berbeda-beda dalam merespons aktivitas fisik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga baik untuk semua orang, tetapi itu tidak mempengaruhi tubuh masing-masing dengan cara sama. Beberapa, mungkin merasakan peningkatan daya tahan, sementara yang lain mendapat manfaat untuk kadar gula darah.

Para ilmuwan melakukan penelitian terkait hal itu. Dalam sebuah studi baru, sebanyak 654 orang dewasa, dengan gaya hidup yang sebagian besar tidak banyak bergerak, menjalani program latihan ketahanan selama 20 minggu. Selain itu, kadar sekitar 5.000 protein berbeda dalam darah mereka dianalisis dari sampel.

Baca Juga

Para peneliti mengidentifikasi ratusan protein yang sesuai dengan seseorang yang mendapat pelatihan dari profesional, atau seberapa baik mereka merespons olahraga. Temuan itu tentu dapat mengarah pada rutinitas pelatihan yang lebih dipersonalisasi dan efektif, serta membantu para ahli mengatasi penyakit.

"Sementara kelompok mendapat manfaat dari olahraga, keragaman respons antarindividu sebenarnya cukup mencolok," kata kepala pengobatan kardiovaskular di Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC), Robert Gerszten dilansir Science Alert, Rabu (2/6).

Sampai saat ini, Gerszten mengatakan tidak ada aspek profil klinis dasar yang memungkinkan peneliti untuk memprediksi tentang siapa yang paling mungkin memperoleh manfaat kebugaran kardiorespirasi dari pelatihan olahraga. Sebanyak 147 protein dikaitkan dengan kebugaran kardiorespirasi, yang secara teknis dikenal sebagai VO2max, yang mengukur berapa banyak oksigen dapat digunakan oleh seluruh tubuh dan ditransfer ke otot Anda. Semakin besar nilainya, maka Anda semakin bugar (jika memiliki jam tangan pintar bagus, mungkin dapat mengukur VO2max).

Tim peneliti juga mampu mengidentifikasi 102 protein yang terkait dengan perubahan VO2max setelah program latihan selesai. Protein itu kemudian disusun menjadi skor yang memprediksi kemampuan melatih individu, yaitu seberapa besar perubahan dalam VO2max yang akan ditimbulkan oleh pelatihan tersebut.

Dengan menggunakan skor tersebut, para peneliti dapat memilih relawan penelitian yang tingkat kebugaran VO2max atau kardiorespirasinya tidak mendapatkan banyak dorongan dari latihan daya tahan, informasi yang berguna untuk dimiliki ketika mencoba meningkatkan kebugaran Anda.

Gerszten dan rekan-rekannya juga menjalankan studi berbasis komunitas terpisah yang mencocokkan beberapa protein yang diidentifikasi dengan risiko kematian dini lebih tinggi. Penelitian itu mendukung gagasan bahwa protein ini terkait erat dengan kesehatan jantung dan tingkat kematian.

Penelitian itu adalah wawasan penting tentang bagaimana tubuh manusia merespons latihan fisik, dan bagaimana kita mungkin dapat membuat rutinitas olahraga yang lebih personal dan efektif di masa depan. Itu adalah studi pertama yang melihat hubungan antara protein dan VO2max sedetail ini.

"Kami sekarang memiliki daftar rinci senyawa darah baru, yang selanjutnya menginformasikan pemahaman kami tentang biologi kebugaran dan adaptasi olahraga, serta memprediksi respons individu terhadap rutinitas olahraga tertentu," ujar Gerszten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement