Rabu 02 Jun 2021 22:20 WIB

Hanya Lima Persen Demensia dan Alzheimer dari Faktor Turunan

95 persen penyakit demensia dan alzheimer disebabkan faktor lingkungan.

95 persen penyakit demensia dan alzheimer disebabkan faktor lingkungan.
Foto: picpedia.org
95 persen penyakit demensia dan alzheimer disebabkan faktor lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ahli penyakit saraf Indonesia, dr Andreas Harry, SpS(K), mengatakan, penyakit demensia-alzheimer ternyata hanya sekitar lima persen yang disebabkan karena faktor familial atau turunan. Sedangkan 95 persen lainnya karena faktor sporadis atau didapat, yakni dengan faktor risiko lingkungan.

Ia menjelaskan bahwa untuk Alzheimer's Disease (AD) sporadik dapat dicegah dengan pola nutrisi yang baik. Demensia dalam pengertian umum dikenal sebagai penyakit kepikunan.

Baca Juga

"Selain itu, dalam pencegahan juga memerlukan pola olahraga, pola pengendalian emosi, pola tidur, dan juga pola pikir yang baik," ujar neurolog lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, Rabu (2/6).

Spiradis sebenarnya sama persis. Hanya saja, kata dia, yang membedakan hanyalah pada persoalan "onset" saja. Pada kelompok turunan, katanya, biasanya di bawah usia 65 tahun (early onset), sedangkan sporadis terjadi di atas 65 tahun (late onset).

"Perbedaannya di patofisiologi terbentuknya amyloid beta 40 dan 42," katanya.

Ia menambahkan, untuk faktor risiko pada umur di atas 65 tahun ditandai dengan gangguan kognitif ringan. Sindroma demensia lainnya, yakni bersifat gender di mana anita lebih banyak mengalami.

Faktor lainnya, yakni trauma kepala, diabetes mellitus atau kencing manis, stroke, diet berlebihan dan hipertensi. Menurut dia ada juga gejala klinis yang ditandai dengan 3 stadium, yakni stadium 1 "mild stage", berupa gangguan memori ringan hingga berat, gangguan bahasa, gangguan emosi dan lainnya.

Lalu, stadium moderate, ditambah depresi, halusinasi visual, delusi dan psikosis. Sedangkan yang ketiga, stadium "severe" berupa "bed ridden" hingga menuju kematian.

Andreas mengatakan,  dengan mengetahui gejala dari sindroma tersebut maka perlu dilakukan berbagai upaya, seperti pengobatan, simptomatik, imunoterapi antibodi dan umunisasi. "Namun, untuk imunisasi bagi pasien alzheimer-demensia ini masih dalam penelitian," jelas Andreas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement