REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung merupakan teknologi reproduksi berbantu yang dapat membantu meningkatkan peluang kehamilan pada pasangan dengan gangguan kesuburan. Tingkat keberhasilan dari program bayi tabung ini bisa mencapai 40 persen.
Peluang tersebut sama seperti peluang kehamilan per siklus yang dimiliki oleh pasangan sehat. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi dari RS Pondok Indah IVF Centre dr Yassin Yanuar Mohammad SpOG-KFER MSc mengatakan, pasangan sehat memiliki peluang kehamilan atau laju kehamilan per siklus sekitar 30-40 persen.
"(Bayi tabung) memberikan peluang keberhasilan 30-40 persen, sama seperti potensi reproduksi pasangan sehat," ujar dr Yassin dalam konferensi pers daring bertajuk 'RS Pondok Indah IVF Centre, Harapan Baru untuk Miliki Buah Hati', baru-baru ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre Prof Dr dr Budi Wiweko SpOG-KFER MPH. Bahkan, Prof Budi mengatakan angka keberhasilan program bayi tabung pada pasangan berusia muda bisa mencapai 50-60 persen.
IVF atau bayi tabung merupakan sebuah teknologi reproduksi berbantu di mana sel telur dan sperma dipertemukan di luar tubuh manusia. Embrio yang terbentuk dari proses ini akan dimasukkan kembali ke dalam rongga rahim calon ibu agar terjadi keberhasilan.
Prof Budi mengatakan angka keberhasilan dalam program bayi tabung akan sangat dipengaruhi oleh kualitas embrio. Kualitas embrio, lanjut Prof Budi, amat sangat ditentukan oleh kualitas sel telur dan kualitas sperma yang digunakan dalam program ini.
Kemajuan teknologi memungkinkan para ahli untuk bisa memilih sperma dan sel telur terbaik untuk digunakan dalam program bayi tabung. Teknologi juga memungkinkan para ahli untuk bisa memilih embrio terbaik yang akan ditanamkan kembali ke dalam rahim calon ibu.
Ada beragam teknologi canggih dan terkini yang bisa membantu meningkatkan peluang keberhasilan bayi tabung. Berikut ini adalah empat di antaranya yang bisa ditemukan di Indonesia, khususnya di RS Pondok Indah IVF Centre, seperti diungkapkan oleh Prof Budi:
1. Oocyte Imaging System
Prof Budi mengatakan seorang ahli embriologi harus melakukan teknik pembuahan yang baik. Pada saat penyuntikan sperma ke dalam sel telur, materi genetik tidak boleh tersentuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk bisa mendeteksi di mana materi genetik ini pada sel telur saat sperma akan disuntikkan. Di sinilah teknologi Oocyte Imaging System berperan besar.
"Sangat hati-hati melakukan penyuntikan sperma ke dalam sel telur, ini tentu dilakukan dalam panduan Oocyte Imaging System," kata Prof Budi.
2. ICSI dan IMSI
Intra-Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan Intra-Cytoplasmic Morphologically-Selected Sperm Injection (IMSI) merupakan dua teknologi yang sangat membantu dalam memilih sperma terbaik sebelum disuntikkan ke sel telur. Kedua teknologi ini mampu memperbesar gambar sperma sehingga ahli bisa melakukan penilaian dan memilih sperma dengan kualitas terbaik.
ICSI memiliki kemampuan untuk memperbesar gambar atau tampilan sperma hingga 600 kali. Sedangkan IMSI dapat melakukan perbesaran gambar hingga 6.000 kali.
Prof Budi mengatakan teknologi IMSI bisa sangat bermanfaat pada kasus-kasus tertentu. Misalnya, pada pasien yang berulang kali gagal melakukan program bayi tabung, pasien perempuan berusia di atas 38 tahun, atau pasien laku-laki dengan kualitas sperma yang sangat tidak baik.
"Apakah azoospermia, severe oligozoospermia, cryptozoospermia, tekonolgi IMSI ini akan sangat-sangat membantu," ujar Prof Budi.
3. Time-Lapse Incubator
Sel telur dan sperma terbaik yang sudah dibuahi akan diletakkan ke dalam sebuah inkubator. Kualitas inkubator yang digunakan akan sangat menentukan kualitas embrio yang akan berkembang nantinya.
"Seyogianya, satu pasien satu inkubator, dan tidak boleh terganggu stabilitas temperatur atau suhunya, yaitu 37 derajat celsius," ujar Prof Budi.
Teknologi Time-Lapse Incubator memiliki beberapa keunggulan. Di satu sisi, alat ini memiliki enam single incubator sehingga mampu menyimpan enam embrio secara terpisah.
"Bila kita sedang menilai embrio pasien pertama, (embrio) pasien kedua, ketiga, dan seterusnya tidak akan terganggu kualitasnya," ujar Prof Budi.
Selain itu, teknologi ini juga memungkinkan ahli embriologi untuk memantau perkembangan embrio detik demi detik sampai embrio mencapai fase blastokista. Fase blastokista merupakan fase yang ideal di mana embrio akan menempel di dalam rahim. Oleh karena itu, embrio akan ditransfer kembali ke dalam rahim ketika mencapai fase ini.
Dengan teknologi Time-Lapse Incubator, ahli bisa menilai embrio mana yang mengalami proses pembelahan secara cepat, lambat, atau normal. Hal ini penting untuk diketahui karena embrio yang terlalu cepat atau lambat membelah kemungkinan besar akan memiliki kelainan kromosom.
"Dan kami tahu kelainan kromosom itu akan menyebabkan kegagalan kehamilan," ujar Prof Budi.
4. PGT-A
Teknologi lain yang turut menunjang keberhasilan program bayi tabung adalah Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A). PGT-A dapat membantu ahli untuk memilih embrio terbaik dengan kromosom yang normal.
"Kami yakinkan betul bahwa embrio (yang akan ditansfer ke rahim) ini memiliki kromosom yang normal, baru kita tanam," ujar Prof Budi.
Pada teknologi ini, embrio pada fase atau stadium blastokista akan dibiopsi oleh ahli embriologi. Yang dibiopsi adalah sel embrio yang akan menjadi plasenta. Setelah itu, sel akan dicek di bawah mikroskop dan dilakukan next generation sequencing untuk melihat apkah kromosomnya normal atau tidak.
"Kalau kromosomnya tidak normal ya jangan kita tanam, karena kemungkinan besar dia tidak hamil atau (bila hamil) janinya akan mengalami kelainan, ini salah satu teknologi untuk membantu kita meningkatkan angka kehamilan pada program bayi tabung," ujar Prof Budi.