Studi itu melibatkan sesi neurofeedback mingguan selama 20 minggu. Peserta diminta untuk mengurangi intensitas gelombang otak dominan otak ritme alfa. Aktivitas otak divisualisasikan sebagai kartun diam atau gambar yang terdistorsi. Jika ritme alfa berhasil dikurangi, kartun mulai diputar atau gambar mulai menjadi lebih jelas.
Tim mencatat bahwa pengobatan tersebut dapat memiliki sejumlah implikasi klinis setelah validasi lebih lanjut.
"Neurofeedback dapat menawarkan pilihan pengobatan yang dapat diakses dan efektif untuk individu dengan PTSD. Perawatan ini mudah diskalakan untuk diterapkan di daerah pedalaman dan bahkan di rumah," kata Dr Lanius.