REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda sering mengalami mimpi buruk? Jika ya, sebaiknya berhati-hati.
Studi terbaru dari University of Birmingham, Inggris, mengungkapkan ada hubungan antara mimpi buruk dan beberapa penyakit. Kira-kira seperti apa hubungannya dan apakah berbahaya? Simak penjelasannya seperti dilansir laman Best Life, Senin (16/1/2023):
1. Mimpi buruk dikaitkan dengan penyakit parkinson
Dalam studi yang diterbitkan di eClinicalMedicine, para peneliti menggunakan data dari Amerika Serikat (AS) selama 12 tahun. Peneliti menganalisis 3.818 pria lanjut usia yang hidup mandiri. Dari jumlah tersebut, ada 91 kasus penyakit parkinson yang ditemukan.
Menurut para peneliti, peserta yang sering mengalami mimpi buruk dua kali lebih mungkin mengembangkan parkinson dibandingkan mereka yang tidak. Mereka yang mengalami peningkatan mimpi buruk selama lima tahun pertama penelitian lebih dari tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit tersebut.
2. Mimpi buruk juga dikaitkan dengan gangguan otak lain
Parkinson bukan satu-satunya gangguan otak yang berhubungan dengan mimpi buruk. Studi lanjutan dari peneliti yang sama di eClinicalMedicine, menemukan hubungan antara mimpi buruk dan demensia. Studi tersebut mengamati data dari lebih dari 600 orang di AS antara usia 35 hingga 64 tahun dan 2.600 orang berusia 79 tahun ke atas.
"Saya menemukan peserta paruh baya yang mengalami mimpi buruk setiap pekan, empat kali lebih mungkin mengalami penurunan kognitif (pendahulu demensia) selama dekade berikutnya. Sedangkan peserta yang lebih tua dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita demensia," kata penulis studi Abidemi Otaiku.
Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa sering mengalami mimpi buruk mungkin menjadi salah satu tanda paling awal dari demensia.
3. Bukan hanya otak yang berdampak
Penelitian sebelumnya menunjukkan, mimpi buruk tidak hanya berhubungan dengan otak. Selama pertemuan tahunan Associated Professional Sleep Societies pada tahun 2020, para peneliti mempresentasikan studi baru yang menghubungkan mimpi buruk dengan penyakit jantung.
Studi tersebut mengamati 3.468 veteran yang melayani satu atau dua tur sejak 11 September 2001. Dari jumlah tersebut, sekitar 31 persen melaporkan sering mengalami mimpi buruk dan 35 persen melaporkan mengalami mimpi buruk yang cukup menyusahkan selama sepekan sebelumnya.
Bahkan setelah menyesuaikan hasil untuk usia, ras, jenis kelamin, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD), para peneliti masih menemukan mimpi buruk yang sering secara signifikan terkait hipertensi dan masalah jantung. “Diagnosis PTSD menggabungkan gangguan tidur sebagai gejala. Oleh karena itu, kami terkejut saat menemukan mimpi buruk terus dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular (CVD)," kata asisten profesor di Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Duke University Medical Center, Christi Ulmer.
Spesialis tidur dan pendiri Sleep Society, Isabella Gordan, menjelaskan hubungan antara mimpi buruk dan masalah kesehatan. Hubungan antara mimpi buruk dan demensia dikaitkan dengan kerusakan area kognitif yang dipengaruhi oleh demensia, seperti memori dan kecepatan pemrosesan. "Mimpi buruk juga bisa menjadi tanda peringatan dini pada beberapa kasus penyakit parkinson karena penurunan produksi dopamin atau peningkatan gangguan perilaku tidur REM," kata Gordan.
Soal penyakit jantung, penelitian telah menemukan mimpi buruk yang sering dapat menyebabkan tingkat kortisol (hormon stres) yang lebih tinggi dilepaskan pada malam hari. Ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan risiko seseorang terkena penyakit jantung.